Mohon tunggu...
Senja
Senja Mohon Tunggu... Jurnalis dan penggiat media sosial

Karya tulis sejatinya adalah harta karun yang tak ternilai harganya

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Dana Desa Menguap, Warga Haur Geulis Hanya Bisa Bertanya: "Larinya ke Mana

17 September 2025   18:58 Diperbarui: 17 September 2025   18:58 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kondisi infrastruktur di Desa Haur Geulis Kabupaten Majalengka. (Foto: Gemini/Kompasiana) 

Majalengka, Kompasiana.com -- Di sebuah sore yang lengang di Desa Haur Geulis, Kecamatan Bantarujeg, Majalengka, beberapa warga tampak duduk di depan balai desa . Mereka bukan menunggu rapat, melainkan menyimpan rasa heran yang makin menebal: kemana perginya Dana Desa yang nilainya ratusan juta rupiah?

Dana Desa (ADD) tahap pertama tahun 2025 yang tercatat mencapai Rp731,5 juta, tak pernah benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga. Jalan-jalan desa masih penuh lubang, program bantuan sosial jarang menyentuh keluarga miskin, sementara aktivitas pemberdayaan yang dijanjikan sekadar jadi wacana di atas kertas.

"Kalau katanya ada anggaran ratusan juta, kami tanya, itu larinya ke mana? Jalan masih rusak, bantuan juga jarang sampai," kata seorang warga, menolak namanya ditulis, dengan nada getir.

Sorotan publik kini mengarah pada Kepala Desa Haur Geulis, Abdul Ajid. Nama Ajid dikaitkan dengan dugaan mark up anggaran nonfisik yang sulit diverifikasi. Dalam dokumen, angka terlihat gemuk. Namun di lapangan, warga tak melihat apa-apa selain janji kosong.

"Katanya ada pelatihan, ada kegiatan pemberdayaan. Tapi kami tidak pernah diajak, apalagi menikmati hasilnya," ujar warga lain, sembari menunjuk balai desa yang tampak sepi dan berdebu.

Fenomena ini menambah deret panjang keraguan publik soal pengelolaan dana desa di Majalengka. Dana yang mestinya jadi denyut pembangunan justru dikhawatirkan berubah menjadi ladang basah bagi segelintir orang.

Alih-alih memberdayakan, dana ratusan juta itu kini hanya menyisakan rasa getir dan tanda tanya: apakah Desa Haur Geulis sedang dibangun, atau justru dikorbankan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun