Mohon tunggu...
Pena Sejati
Pena Sejati Mohon Tunggu... Penulis Lepas

Mengukir guratan pena fakta dan realita, menguak kebenaran yang terselubungkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hikmah Ramadhan yang Terlupakan

13 April 2023   12:14 Diperbarui: 13 April 2023   12:19 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelumit rantai masalah dalam pikiran.

Ah, lama sudah aku berdiam. Sekarang ingin kembali lepas dari segala beban dan penat.

Kembali bebas!

Tak ditemani secangkir kopi hangat pagi ini, karena suasana Ramadhan masih menyelimuti keseharian.

Sudah kutinggalkan lelah dan masalah. Berlanjut menggurat pena dengan sekelumit skenario kehidupan dunia.

Ya. Kata orang di bulan yang penuh berkah ini justru masalah akan kian deras berdatangan.

Itu yang disebut ujian hidup. Atau hanya sekedar pengingat bagi hamba-hambaNya yang sudah terlalu lama lupa.

Lupa untuk beribadah. Lupa indahnya berjamaah di masjid.

Lupa bersedekah. Atau bahkan lupa untuk menangis di hadapan Sang Maha Kuasa sedekar diringankan dari permasalahan hidup.

Kita lupa rasanya lapar, karena setiap gajian selalu untuk membeli makanan yang enak.

Kita lupa rasanya sakit, karena selalu sibuk dengan rutinitas keseharian hingga ibadah terabaikan.

Kita lupa memeluk anak dan istri, karena terlalu peduli dengan hidup untuk mencukupi dan membahagiakan diri sendiri.

Dan kita lupa merangkul yatim dan fakir miskin, karena terlalu sibuk mengejar para petinggi untuk mencapai hasrat jabatan dan derajat yang lebih tinggi.

Tapi lihat.

Sekarang terdiam dalam keheningan.

Di masjid yang penuh dengan ukiran indah, lantunan ayat-ayat suci yang dikumandangkan sedari pagi hingga petang.

Hanya mampu melihat orang-orang yang berlomba dalam kebaikan dengan mengabaikan dunia.

Membandingkan diri, seakan jauh sekali tertinggal dibelakang. Ibarat penumpang yang ketinggalan transportasi tujuan.

Separuh Ramadhan sudah berjalan pulang. Masihkah akan aku abaikan?

Kuberjalan ke arah sajadah panjang.

Lantunkan takbir dan mulai membuka gerbang.

Kembali dalam buaian doa, ibadah, dan kekhusyukan.

Keindahan dan ketenangan batiniah yang sudah lama aku rindukan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun