Sekarang ingin kembali lepas dari segala beban dan penat.Kembali bebas!
Hatinya tidak setulus kasih sayang Tuhan. Ia meminta kepada yang tidak bisa dipinta. Hanya demi baju lebaran, ia menangis sepanjang kalam.
Terawih ini menjelma ruang untuk kita menuju pulang
Dahaga, lapar cobaan bagi yang berpuasaIngin marahan ditahanIngin melampiaskan nafsu diredamSemua demi Allah semata
Jika hari ini sepi, bisa saja perasaan sepi ini tertuju kepada siapa saja yang saya jumpai di pagi ini.
Aku kian tenggelam di ranjang kumalhingga ke dasar kenanganyang pernah kita cipta bersamapada malam-malam panjang
Mengepul di sini, pada hangatnya jari jemarikuyang sibuk menggantikan ibu
Puisi dengan tema ramadan karya Muzzamilah. Judul Awan Malam.
Saat berbuka puasa, Cukup tiga butir kurma, Dan segelas teh hangat, Pelepas dahaga luar biasa,
Kita selalu menghadap pada cahaya, enggan menoleh pada yang samar
Siang ini kau datang, Bersama sinarmu yang penuh energi, Mentari menemani siang Ramadan
Di ceruk mangkuk dalam gurih air kelapa diperciki setetes syrup
Ramadhan telah benar-benar pergi, semoga kita diberikan umur panjang untuk kembali menyambut nya di tahun depan
Selamat jalan Ramadhan ku, selalu kurindu kehadiran mu kembali
tentang dusta yang melebur dalam darah berubah menjadi daging dan sel-sel yang menguatkan dahaga
Berusaha sebaik mungkin karena Allah tak pernah salah perhitungan.
Ada kalanya hidup berada pada titik nadir nan meresahkan. Seperti apa? Sila renungi puisi ini hingga tuntas.
Keakuan adalah jalan kehidupan ataukah pilihan, seperti apa seharusnya? Sila baca puisi ini hingga tuntas.
Jarum jam terus melaju memburu bulan yang pulang. Tapi mata tak jua pulas.
Seandainya bisa diaturkan oleh Bunda Aku ingin mencoba pula Berpuasa seperti mereka