Sukitman melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh lima. Waktu yang sudah dipercepat Ibu Sukitman lima belas menit. Jarak tempuh dari rumah Sukitman ke sekolah kurang lebih sepuluh menit. Bisa lima belas menit kalau jalanan sedang tidak bersahabat. Sukitman sudah memperkirakan waktunya. Tentu bukan perkiraan waktu yang bijak. Ia menyudahi sarapan santainya.
"Bu ! Sukitman berangkat!"
"Iya.. Hati-hati di jalan"
Sukitman merasakan ada yang aneh sesampainya di sekolah. Jarum jam tangannya sudah hampir menunjuk angka 8, tapi kenapa sekolah belum seramai biasanya. Di rumah, sebuah senyum kemenangan tergurat di wajah ibu Sukitman, diikuti dengan sebuah pertanyaan. Haruskah jam kita dipercepat tanpa sepengetahuan kita agar kita bisa lebih disiplin dan menghargai waktu?
Â
T.A.M.A.T