Kutanggalkan dagingku di atas pasir yang kegirangan disirami cahaya bulan purnama, diiringi desiran angin dari daun-daun kelapa yang berderet-deret di pelataran pantai.
Tapi bukan untuk meraih bintang sekejap buat mengisi dada yang kehausan ambisi memiliki.
Kutarik kembali perlahan-lahan bayangan kaki dan tangan hari ini dalam timbangan waktu, lalu kuayun-ayunkan dalam keheningan, barangkali tarianku hari ini meninggalkan air mata dan kekecewaan dan sumpah serapah di hati saudaraku.
Kuangkat tinggi-tinggi hatiku dalam kerendahan lalu kubiarkan tersedot dalam putaran waktu.Â
Kubiarkan noda-noda ini lumat dalam belas kasih-Nya yang tak bertepi. Aku terhempas, lalu tenggelam dalam malam yang semakin malam hingga mulut menyemburkan air bagi lidah-lidah kering dan kehausan karena kehilangan asa esok hari.
Jakarta, 310820