Menikmati Pertandingan ala Yesus-Antony de Mello, dan Ferguson
Tulisan renungan Antony de Mello mengisahkan sebuah cerita menggunakan tokoh Yesus yang diajak menonton pertandingan sepak bola. Tim Belanda akan berhadapan dengan Brasil.  Penonton riuh rendah mendukung tim favorit masing-masing. Yesus baru pertama menyaksikan secara langsung. Ketika Belanda mencetak gol, Ia bersorak gembira. Pendung Brasil  berfikir, Yesus mendukung Belanda yang Protestan ternyata.
Serangan silih berganti dan mengasyikkan, tiba-tiba pendukung Belanda terdiam karena Brasil berhasil menyarangkan gol ke gawang lawannya. Lagi-lagi Yesus bersorak gembira, goooooollll. Gantian fans orange yang bertanya-tanya sambil gondok ada yang nyeletuk, "Eh, Yesus mendukung mana sih, semua tim diteriakin golllll....."
Yesus mengatakan," Saya menikmati  pertandingan, semua tim baik, saling serang dan itulah permainan yang menyenangkan." Â
Itu hanya sebuah ilustrasi yang mau menggambarkan bagaimana manusia sering asyik melihat kalah dan menang, tanpa menikmati pertandingan. Atau hanya fokus pada hasil akhir, tanpa melahapi prosesnya dengan baik, melewatkan banyak momen indah, karena hanya fokus pada hasil akhirnya, yang sering membuat kecewa.
Kisah asli, bukan sebuah inspirasi dan cerita renungan rohani. Kala MU melawan Barca di final UCL. Keadaan sangat berat bagi MU yang ketinggalan dan menitnya makin dekat pada kick off. Asisten pelatih memberikan usul pada Opa Fergie untuk menggadakan pergantian pemain. Ide untuk bisa menyamakan skor dan memperpanjang pertandingan, ada asa yang masih bisa dirancangkan.
Jawaban pelatih legendaris tersebut ternyata berbeda," Duduklah, nikmati permainan indah ini, kita sudah kalah, tidak ada yang bisa dilakukan, selain menikmati pertandingannya." Keberanian seperti ini pastinya dilakukan pelatih  jempolan yang sudah makan asam garam kalah dan menang sebagai bagian utuh dalam lapangan.
Fergie pasti paham karena pada momen itu Barca pada posisi puncak permainan, pemain-pemain kelas dunia yang memang menghuni tim. Permainan sangat menghibur dan enak ditonton. Tentu saja bagi ofisial dan pemain pastinya maunya mengubah keadaan, siapa tahu bisa menahan seri sampai waktu normal atau menang dengan keajaiban.
Menikmati pertandingan ala Ferguson tentu saja tidak sering bisa ia lakukan. Lihat saja bagaimana   tegangnya ia di tepi lapangan. Tuntutan profesional tentu menang dan piala sebagai wujud kesuksesan. Toh, ia berani memutuskan untuk mengaku kalah dan mampu menikmati pertandingan.
Sering juga kita dalam hidup ini sering kita tidak berani menikmati hidup. Orientasinya hasil akhir. Wajar ketika banyak kejadian bunuh diri karena tuntutan sukses yang berlebihan. Manusia-manusia yang cemas, khawatir, dan takut gagal, karena mereka tidak menikmati proses, perjuangan, dan akan dihakimi pada hasil akhirnya.
Wajar ketika Finlandia mengubah orientasi pendidikannya menjadi proses yang menyenangkan dari pada manusia sukses yang berujung pada depresi dan bunuh diri. Ada evaluasi, bahwa ada yang salah. Tidak hanya sekadar copi paste model pendidikannya.
Tentu kita juga paham bukan bagaimana sistem pendidikan kita. Malah dari dunia kedokteran, pasca sarjana pula menderita depresi. Artinya ada masalah. Tidak mampu, atau tidak bisa menikmati proses pendidikannya dengan bahagia, ya jelas wong ada pembullian di sana.
Pun anak-anak di pendidikan yang lebih rendah. Tentu masih ingat ketika ujian nasional menjadi momok karena menentukan akhir hidup, tidak sekadar studi mereka? Â Hasil akhir semata. Mereka tegang sepanjang masa studi, tidak menikmati proses, kebersamaan dengan rekan-rekan mereka.
Tentu bisa dipahami, wajar ketika banyak  kenakalan remaja, bullying, dan kekerasan di sekolah. Tuntutan yang tidak memberikan kepada mereka kesenangan.  Padahal masa paling indah adalah masa studi atau sekolah. Bersenang-senang dengan ilmu pengetahuan dan kebersamaan dengan teman-teman mereka.
Kita juga sering melakukan perjalanan, baik wisata biasa atau piknik rohani. Namun dalam perjalanan tidak bisa menikmati keindahan alam sekitar. Hijaunya pohon, jernihnya sungai-sungai, segarnya udara di sana, karena khawatir waktu tidak cukup, apalagi jika beaya keberangkatannya karena uang utang. He..he..he...
Menikmati pertandingan ala Yesus dan Ferguson itu tidak gampang. Sudah selesai dengan dirinya, tidak cemas apapun, khawatir dengan keadaan yang akan terjadi. Sejatinya sederhana, jalani dengan suka cita, di sini dan saat ini.
Penting anak-anak sekolah dan terutama gurunya dulu memahami konsep ini. Kurikulum Merdeka  mau mengajak demikian. Namun sayang, bahwa malah penolakkan demi penolakkan dengan keluh kesah para pelaku pendidikan di lapangan. Jelas saja mengeluh karena belum menyadari apa yang akan mereka lakukan.
Fokus pada hasil akhir bukan pada proses yang merdeka, menyenangkan, dan membahagiakan. Adanya adalah takut tidak lulus, nilai jelek, tidak bisa melanjutkan ke sekolah favorit, dan sebagainya. Tuntutan lingkungan, orang tua, dan masyarakat membut keadaan tidak lebih baik.
Proses belajar mengajar yang menyenangkan, menggembirakan, dan membuat anak nyaman. Sekolah laiknya taman yang membuat anak nyaman, sehingga otaknya sangat segar untuk menerima pelajaran. Belajar adalah hal yang paling menyenangkan, bisa membuat sekolah seperti arena bermain, namun dalam hal ini otak, bukan fisik.
Apalagi hal yang satu ini. fokusnya surga, jelas hasil akhir. Padahal belum bisa divalidasi, malah tidak menikmati apa yang ada di dunia ini. Memusuhi orang  lain yang berbeda pemahaman dan keyakinannya. Mengabaikan keindahan kemanusiaan dan persaudaraan, demi mengejar surga nanti masa depan usai mati.
Padahal tidak demikian. Hanya mau mengatur hidup tertib bersama. Kesadaran sehingga mampu menikmati dan menghayati bahwa hidup ya di sini dan saat ini. Bahagia bersama  keluarga dan sesamanya, memuji dan menghormati Pencipta secukupnya, tidak malah fokus pada akherat namun bertikai dengan sesama. Tidak ada kedamaian dan menikmati hidup di sini dan saat ini.
Nikmatilah "pertandingan" dengan segala halnya, jangan hanya berfikir hasil akhir yang sering membuat kecewa. Keindahan dan keberadaan proses itu juga sangat penting.
Terima Kasih dan Salam  Â
Susy Haryawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI