Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikmati Pertandingan ala Yesus-Antony de Mello, dan Alex Ferguson

12 September 2024   12:37 Diperbarui: 12 September 2024   12:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajar ketika Finlandia mengubah orientasi pendidikannya menjadi proses yang menyenangkan dari pada manusia sukses yang berujung pada depresi dan bunuh diri. Ada evaluasi, bahwa ada yang salah. Tidak hanya sekadar copi paste model pendidikannya.

Tentu kita juga paham bukan bagaimana sistem pendidikan kita. Malah dari dunia kedokteran, pasca sarjana pula menderita depresi. Artinya ada masalah. Tidak mampu, atau tidak bisa menikmati proses pendidikannya dengan bahagia, ya jelas wong ada pembullian di sana.

Pun anak-anak di pendidikan yang lebih rendah. Tentu masih ingat ketika ujian nasional menjadi momok karena menentukan akhir hidup, tidak sekadar studi mereka?   Hasil akhir semata. Mereka tegang sepanjang masa studi, tidak menikmati proses, kebersamaan dengan rekan-rekan mereka.

Tentu bisa dipahami, wajar ketika banyak  kenakalan remaja, bullying, dan kekerasan di sekolah. Tuntutan yang tidak memberikan kepada mereka kesenangan.  Padahal masa paling indah adalah masa studi atau sekolah. Bersenang-senang dengan ilmu pengetahuan dan kebersamaan dengan teman-teman mereka.

Kita juga sering melakukan perjalanan, baik wisata biasa atau piknik rohani. Namun dalam perjalanan tidak bisa menikmati keindahan alam sekitar. Hijaunya pohon, jernihnya sungai-sungai, segarnya udara di sana, karena khawatir waktu tidak cukup, apalagi jika beaya keberangkatannya karena uang utang. He..he..he...

Menikmati pertandingan ala Yesus dan Ferguson itu tidak gampang. Sudah selesai dengan dirinya, tidak cemas apapun, khawatir dengan keadaan yang akan terjadi. Sejatinya sederhana, jalani dengan suka cita, di sini dan saat ini.

Pendidikan.

Penting anak-anak sekolah dan terutama gurunya dulu memahami konsep ini. Kurikulum Merdeka  mau mengajak demikian. Namun sayang, bahwa malah penolakkan demi penolakkan dengan keluh kesah para pelaku pendidikan di lapangan. Jelas saja mengeluh karena belum menyadari apa yang akan mereka lakukan.

Fokus pada hasil akhir bukan pada proses yang merdeka, menyenangkan, dan membahagiakan. Adanya adalah takut tidak lulus, nilai jelek, tidak bisa melanjutkan ke sekolah favorit, dan sebagainya. Tuntutan lingkungan, orang tua, dan masyarakat membut keadaan tidak lebih baik.

Proses belajar mengajar yang menyenangkan, menggembirakan, dan membuat anak nyaman. Sekolah laiknya taman yang membuat anak nyaman, sehingga otaknya sangat segar untuk menerima pelajaran. Belajar adalah hal yang paling menyenangkan, bisa membuat sekolah seperti arena bermain, namun dalam hal ini otak, bukan fisik.

Agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun