Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Gerak Cepat Jenderal Andika Perkasa dan Pelajaran Bersosmed bagi Siapa Saja

11 Oktober 2019   19:17 Diperbarui: 12 Oktober 2019   08:35 3903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto via Tribunnews

Cukup menarik apa yang terjadi pada dua anggota Persit (Persatuan Istri Tentara), ketika KSAD melakukan evaluasi dalam waktu yang sangat singkat.

Ada postingan media sosial dari kedua ibu-ibu dan dalam semalam sudah ada keputusan. Copot jabatan bagi anggota TNI-AD dan pelaku yang sekaligus istrinya dijerat UU ITE peradilan umum.

Gerak cepat dan tangkas memang perlu dan penting. Bagaimana tidak, selama ini, orang bisa melakukan seenaknya saja dan kemudian mengaku khilaf, tidak sengaja, minta maaf, dan terulang lagi, dan lagi.

Pelajaran penting dan berharga, agar jangan hanya mengedepankan emosi namun juga nalar, kepantasan, dan kepatutan. Bagaimana bisa seorang istri perwira, ada juga bintara, berkomentar terhadap peristiwa yang menimpa Menko Polhukam. Secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan institusi para suami mereka.

Wajar meluapkan emosi, namun jangan sampai malah merugikan diri sendiri, keluarga, karier pasangan, dan terutama masa depan anak-anak. Apakah berpikir demikian sebelum memutuskan publikasi tulisan? Coba apa sih untungnya, urgensinya sebagai istri prajurit berbuat seperti itu?

Tidak ada nilai tambah untuk seorang pejabat daerah militer dengan berbuat begitu. Malah akhirnya masa depan keluarga dipertaruhkan. Susah melihat karier si suami bisa berlanjut dengan baik karena ini akan berkaitan dengan kelompok fundamentalis. Apalagi jika sampai pemecatan terjadi.

Apreasiasi tinggi bagi KSAD yang langsung melakukan tindakan tegas. Hal yang selama ini seolah biasa saja, merasa aman-aman saja, dan kena batunya. Penting agar menjadi peringatan bagi semua pihak. Pelajaran bukan hanya untuk istri prajurit namun juga semua saja sebagai warga negara yang baik.

Jauh lebih aman, lebih bernilai ketika melakukan diskusi dalam kalangan terbatas, jika pemberitaan media arus utama belum ada. Bisa berbahaya apalagi hanya berdasarkan asumsi. Lagi-lagi ini hal penting agar menjadi pengalaman, terutama untuk orang yang sangat mudah emosi dalam menyikapi persoalan.

Berpikir masak-masak, apalagi yang biasa brangasan, emosional, dan mudah terpancing. Jangan berpikir demi viral atau demi dapat uang kemudian melakukan hal yang jauh lebih merugikan. Jika istri perwira tentu bukan uang tentunya, hanya emosi dan perasaan empati yang salah tempat dan salah media.

Berbeda itu tidak salah, namun apakah melanggar hukum dan malah menjadi fitnah atau hoaks, itu menjadi penting. Jangan berbicara hak bebas berekspresi dan berpendapat namun dasarnya semata asumsi lemah fakta. Jangan kemudian othak athik gathuk, yang membuat terjerembab sendiri.  

Media sosial itu tidak mudah melihat mana yang benar dan mana yang salah, jika tidak memiliki pengalaman, pemahaman, dan pemilihan data dengan baik. Nah ketika hanya satu dua data dipakai untuk membuat ulasan ya bisa menjadi bumerang.

Jangan merasa tahu ketika bermain media sosial. Jauh lebih penting berdiskusi terlebih dahulu agar tidak salah persepsi.

Menimbang baik buruk, untung rugi, dan juga apa manfaatnya sih berkomentar atas tragedi dengan nada seperti itu? Jika dibalik, apakah rela jika itu anggota kelurga kita dikomentari seperti itu? Sangat sederhana bukan? Dan itu menyelamatkan diri sendiri.

Tidak suka itu boleh-boleh saja, namun jangan malah merusak diri sendiri. Perlu berjarak agar tidak menghancurkan. Mengurangi kebiasaan ketidakbaikan agar tidak menjadi-jadi menjadi penting.

Miris jika berbicara anak-anak para anggota TNI ini, kalau tidak salah paham membaca berita, si bapak akan dicopot dari jabatan dan bui 14 hari dan si ibu akan diproses hukum pelanggaran UU ITE. Bayangkan anak-anak mereka, masa depan mereka, hanya karena "menarik" di sosmed, kekinian, mungkin juga merasa kritis, berani, dan berjiwa bebas.

Apalagi sudah ada nasihat bahwa tidak patut, namun malah merasa baik-baik saja dan merasa benar. Apa iya harus semahal itu untuk mengubah pribadi seseorang? Dengan mengorbankan anak-anak mereka?

Bermedia dan teknologi itu memang sangat membantu, namun jika tidak hati-hati, ya siap menanggung risiko terkena dampaknya. Pembiaraan seenaknya sendiri selama ini memang telah memakan banyak korban.

Semoga ini adalah pelajaran yang berharga untuk bersikap hati-hati, banyak-banyak menimbang baik dan buruknya,  adanya  landasan untuk berbicara, jangan hanya asumsi. Jika memang itu adalah data yang akan ada dalam media, bedakan media abal-abal, atau media kredibel yang patut diakui kebenarannya.

Media sosial, jangan cepat-cepat dipakai sebagai referensi, apalagi penulisnya atau pembuat statusnya tidak jelas, apalagi tidak kenal. Jangan hanya mengejar paling depan, paling tahu, viral, kemudian salah mengambil sumber dan malah jadi masalah hukum yang merusak diri sendiri.

Tentu artikel ini bukan mau bersyukur atas kejadian pada dua keluarga prajurit itu, namun menjadi perhatian semua pribadi, apalagi pegiat media sosial. Hati-hati, bijak, dan waspada. Kadang baik-baik saja, hanya salah penempatan koma bisa berabe kog.

Apresiasi tinggi bagi KSAD yang cepat, tegas, dan jelas dalam bersikap. Keadaan semakin baik dan solid.

Terima kasih dan salam

Sumber: KSAD Dorong Istri Dandim yang Nyinyiri Wiranto Diproses Hukum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun