Pemerhati sepakbola Italia juga berkomentar “jangan salahkan, bukan salah editornya tapi yang acc nya. Marketing Manager nya mungkin”. Ada lagi komentar bahwa mayoritas tim media sosial PSSI mayoritas dari kalangan “tua” yang minim proses editing.
Saya pribadi pun menyangsikan video yang diunggah tersebut, apakah ini hanya salah satu cara untuk menghibur rakyat di tengah pandemi? Who Knows? hehehe.
Di era keterbukaan saat ini sudah banyak akun-akun bola bertebaran di media sosial. Artinya kita diberikan seluas-luasnya dalam belajar apapun dalam melatih kreativitas. Seperti ada falsafah, kita bukan manusia pertama yang hidup di bumi, bukan? tidak ada lagi ide yang benar-benar 100% asli, semuanya hanya merupakan olahan dari sesuatu yang sudah pernah ada sebelumnya. Disinilah muncul metode Amati, Tiru, Modifikasi.
Tak ada salahnya kita meniru metode mainstream, yang salah adalah kita tidak pernah belajar, sekalinya meniru namun tidak ada improvisasi. Menyedihkan.
Karena masih maraknya postingan di media sosial pemerintahan beserta jajarannya terlihat kaku serta minim kreativitas, melalui ini dengan tulus kita mengetuk hati orang-orang di atas sana agar tergerak untuk melihat ke bawah anak muda Indonesia penuh kreativitas untuk memangku posisi strategis di media sosial.
Sebagai penutup cuitan ini ada sebait lagu yang mengunggah semangat kita di Asian Games 2018.
Kita akan raih bintang-bintang Kita bisa jadi yang terdepan Bersatu bersama dalam satu irama Terbang meraih kejayaan, kita bisa!
Jayalah Sepakbola Indonesia!