Mohon tunggu...
A.A. Sandre
A.A. Sandre Mohon Tunggu... penikmat kata dan kopi

sekata sekopi

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Anak Pejuang (Bagian XXI)

17 September 2025   20:06 Diperbarui: 19 September 2025   18:01 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber poto: Instagram @prabowo

Aku masih terus bertahan di parit sambil berpikir menyusun serangan balasan. Hujan mereda. Perlahan aku muncul ke permukaan. Melangkah maju seraya memuntahkan peluru ke sasaran. 

Hanya dalam hitungan menit, situasi sudah dapat kami kendalikan. Aku berhenti melepaskan tembakan. Tak melanjutkan pengejaran. Aku sudah bisa memastikan sekelompok orang yang tiba-tiba menyerbu adalah sisa serdadu musuh yang mencoba menyerang di kegelapan.    

"Bagaimana radio kita? Apa masih bisa diperbaiki?" 

"Siap! Bisa!" kata seorang anak buah. Tak ada segurat pun keraguan di wajahnya. 

Aku melihat dia sebagai sosok tentara yang gagah berani. Seperti Sersan Ilham yang tak punya rasa takut meski penuh perhitungan. Belum ada butir peluru yang membuat nyalinya ciut. 

Esoknya, radio penghubung sudah berfungsi. Sersan Ilham pun memberikannya kepadaku. Aku melaporkan situasi terkini dengan detil dan menjelaskan rencana ke depan. Lalu menitipkan sebuah pesan untuk Titiek bahwa keadaanku baik-baik saja.  

Sesudahnya aku langsung menemui seorang anak buah. Menyapanya. Menyalaminya. Mendengar keluh kesahnya. Aku terenyuh karena dia frustasi akibat terlalu lama berada di medan tempur. Prajurit pengganti terlambat datang. 

Saking kesalnya, dia sengaja menembakkan peluru ke atas sebagai pelampiasan. Hingga aku bisa menenangkan hatinya. Memberinya keyakinan bahwa perang akan usai. Dan pasti kami menangkan. 

Seiring waktu aku terus memperhatikan kesejahteraan anak buah. Saat aku makan nasi kotak, anak buah juga harus makan nasi kotak. Aku tak ingin anak buah berkecil hati gara-gara perbedaan menu makanan dengan komandannya. 

Hanya saja tak banyak ide-ide yang bisa kujalankan. Keputusan tentang perang di Timor Timur tak dapat diganggu gugat. Serangan harus terus dilanjutkan. Perintah lewat radio penghubung yang kuterima adalah bertempur habis-habisan. 

Aku terus memompa semangat anak buah. Berpesan agar menjaga stamina dan tekad berjuang sampai titik darah penghabisan. "Tetapi jangan sekali-kali berlaku keji terhadap anak kecil dan perempuan! Dan jangan pernah berpikir mengambil hak milik rakyat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun