Aku titip untaian bunga di dagumu
Harum semerbak takbir sentosa
Pagi melekat bersama camar diudaraÂ
Terkadang seperti tikus rakus
Purnama ini aku melayangÂ
Bersorak sekaligus berdahak
Aku melihat mereka seperti kau
Mereka melihat kamu seperti luka
Aku menyengir saja karena aku sudah berlumur
Beruntungnya aku
Tapi
Tahukah kamu ini sudah lagi tak berguna
Perempuan perempuan sudah tak lagi perawan
Pejabat pejabat sudah kerasukan sapi impor
Mahasiswa mahasiswa sudah menjadi badut
Sementara aku, kulitpun sudah lapuk, tulangpun sudah bertanah
Akalpun sudah tak ada
Haaaaa. haaaaa.Â
Aku tak tega mengatakan aku pikun
Umpama kan saja bagaimana kalau ternyata ini hanya
HanyaÂ
Kekhawatiranku saja
TapiÂ
Untuk apa?Â
Biarlah kecoa saja yang menemaniku syahdu pagi ini
Cecurut yang menggepar karena bunghak
Aku mengehel saja biarkanlah
Biarkan karena akupun hanya seekor lalat yang menguap
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI