Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Doktrin Baru Israel : Bangkitnya Adidaya Regional di Timur Tengah

21 Juli 2025   17:27 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:27 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doktrin Baru Israel : Bangkitnya Adidaya Regional di Timur Tengah

Dalam lanskap geopolitik yang terus berubah di Timur Tengah, Israel tampil dengan wajah baru : bukan lagi sekadar negara bertahan dalam kepungan musuh-musuhnya, tetapi kini sebagai kekuatan proaktif, hegemonik, dan dominan. David M. Weinberg, dalam kolomnya di Jerusalem Post (18 Juli 2025), menegaskan Israel telah memasuki era baru kebijakan pertahanan dan keamanan : bukan dengan menahan diri, melainkan dengan mendahului dan melumpuhkan ancaman sebelum meledak. Doktrin ini bukan hanya reaksi terhadap ketidakberdayaan strategi Oslo selama empat dekade terakhir, tetapi manifestasi dari pola pikir negara adidaya regional yang sedang bertumbuh.

Kegagalan Strategi Oslo dan Diplomasi Barat

Strategi Oslo - yang digagas dengan semangat perdamaian namun tanpa pemahaman realistis tentang medan konflik - telah terbukti gagal. Upaya Barat, termasuk tekanan terhadap Israel agar menarik diri dari wilayah-wilayah sengketa dan memberi ruang bagi diplomasi, nyatanya hanya memberi waktu dan ruang bagi musuh-musuhnya untuk bersiap. Hamas, Hezbollah, dan bahkan aktor negara seperti Iran, memanfaatkan "masa tenang" untuk membangun kekuatan. Weinberg menyebutnya sebagai masa penundaan semu yang dipoles menjadi istilah "stabilitas" oleh Barat.

Hasilnya? Terorisme merajalela dari Gaza hingga Tepi Barat, dan program nuklir Iran nyaris rampung. Diplomasi gagal mencegah kekerasan, dan pendekatan "penahanan" lebih menyerupai ilusi.

Paradigma Baru : Israel sebagai Aktor Proaktif

Alih-alih menunggu ancaman datang, Israel kini memilih untuk menjemput bola. Serangan preventif terhadap aset musuh dari Khan Yunis hingga Isfahan bukan lagi sekadar opsi, tapi keniscayaan. Pesan yang ingin disampaikan jelas : Israel ingin ditakuti, bukan dicintai; ingin disegani, bukan dikasihani.

Strategi ini bukan tanpa dasar. Dalam dunia yang dihuni oleh aktor-aktor ideologis, fanatik, dan genosida seperti yang ada di Timur Tengah, menjadi pasif adalah bunuh diri. Israel memahami bahwa kekuatan militer adalah satu-satunya bahasa yang dimengerti oleh musuh-musuhnya.

Kritik terhadap Peran Barat dan Negara-Negara Arab

Adalah sebuah ironi, Eropa dan Amerika Serikat terus berupaya memaksakan "kenegaraan" Arab-Palestina sebagai solusi damai, meski realitas di lapangan berkata sebaliknya. Tiga dekade bantuan keuangan, pelatihan militer, dan dukungan diplomatik tak membuahkan hasil positif. Otoritas Arab-Palestina tetap korup, nepotistik, dan menjadi lumbung propaganda serta kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun