Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: "Tiga-Belas"

23 Januari 2023   07:43 Diperbarui: 27 Januari 2023   22:00 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi angka 13. (sumber: pixabay.com/Tomasz Hanarz) 

Entah mengapa ketika mendengar angka tiga-belas, bulu kudukku tegak merinding. Bahkan ketika kutuliskan angka ini, para cicak di dinding rumahku bergemuruh bagai koor. Hal ini tidak terjadi sekali saja, tetapi bahkan sering!

Walaupun demikian, aku berusaha untuk tidak anti dengan angka ini. Namaku Alexander, lahir pada tanggal 13 Juni 2013, pada rumah sakit di pusat kota, yang memiliki tigabelas lantai, pada kamar nomor "13."

Kenyataan ini membuat orang-tuaku gemetar dan berseloroh: "Kalau tahu begitu, kami rela mencari rumah sakit yang lebih jauh demi menghindari hubungan dengan angka ini. Pengaturan kehamilan pun akan dibuat lebih cermat, bahkan bila perlu persalinan akan dilakukan dengan cara caesar agar terhindar dari angka pembawa sial itu.

Pembawa sial? Mungkin. Orang-tuaku bercerai pada hari ulang tahunku yang ke tiga-belas. Kakakku tewas dalam kecelakaan pada tanggal 13 Juni 2026; tepat pada hari ketika aku berumur tiga-belas tahun dan pada hari itu juga orang-tuaku resmi bercerai.

Semua peristiwa itu terjadi ketika kami berada di negara seberang: Odesus. Kini, dan di sini, di negeri kami yang tercinta, Tenton, penulisan dan penyebutan angka itu sama sekali dilarang.


Bagaimanapun, rentetan kenyataan yang tidak menyenangkan dengan angka tiga-belas itu tidak dengan sendirinya membuatku percaya begitu saja bahwa tiga-belas adalah angka sial. Jika itu benar maka terkutuklah hari kelahiranku!

***

"Antigonus, mengapa buku harianmu tidak memiliki halaman tiga-belas?" tanyaku pada seorang sahabatku di teras rumah pada suatu malam.

"Soal itu tidak perlu kau hiraukan. Semua orang di penjuru dunia tahu kalau angka itu...."

"Ada apa dengan angka itu?" sambarku.

"Angka itu membawa kemaksiatan dan marabahaya. Ia membawa aura negatif pada semesta yang dikitarinya."

Aku tidak puas dengan pernyataannya. "Kau tidak mungkin membuang sebuah kenyataan yang ada sebagai ketiadaan. Tidak pernah kita bisa menerima apa pun di dunia ini tanpa merangkul apapun yang tidak kita sukai. Kau baru saja membuat suatu kejahatan melawan eksistensi."

"Kejahatan terhadap eksistensi?" Antigonus tertawa terbahak-bahak. Ia berdiri dari kursinya, "kejahatan jenis apa itu? Apakah akan diganjar dengan hukuman penjara?" Dia kembali berderai dalam tawa yang bising.

Aku tetap tenang. "Kau telah menganggap apa yang ada sebagai tak ada. Kau tak mungkin mengakui adanya empat-belas dan seterusnya tanpa mengakui dan menapaki tiga-belas. Bukankah itu ketidakadilan eksistensial?"

Antigonus tampak berpikir keras sambil mengelus janggutnya yang mulai panjang. Ia melangkah ke pekarangan rumah yang memiliki kontak langsung dengan udara dingin malam serta pemandangan angkasa yang bening.

"Ke mari Alexander, akan kutunjukkan sesuatu padamu..."

Aku mengikuti ajakannya, mendekatinya dan ikut menengadah ke langit, pada jutaan bintang yang berpendar dalam bentangan langit malam yang sebening kristal.

"Apakah langit itu memiliki kaitan dengan pembicaraan kita tadi?" tanyaku.

Antigonus tertawa kecil. "Aku hanya ingin menyegarkan pikiranmu untuk mengingat satu hal penting. Ingat tradisi kita! Kita dibangun di atas fondasi dua-belas suku utama. Sejak awal pendirian kerajaan ini, angka dua-belas adalah lambang kepenuhan dan keutuhan negeri kita."

"Lihatlah pada rasi bintang Astrixlaksia itu. Ia memiliki dua-belas bintang yang membentuk formasinya. Kesempurnaan formasi Rasi bintang itu melambangkan keutuhan negara kita yang tercinta: Kerajaan Tenton! Bukankah masuk akal jika segala hal yang datang setelah angka dua-belas adalah sebuah lawan bagi keutuhan dan kesempurnaannya? 

Kau ingat tentang negara bagian ke tiga-belas yang berdiri tegak sebagai pemberontak yang ingin memecah belah Tenton? 

Aku tak memikirkan hal lain Alexander, aku hanyalah seorang patriotik negara kita. Seperti yang kau tahu, sebagai seorang jendral Tenton yang baik, dia juga adalah seorang pembela ideologi yang gigih.

Aku menatapnya dengan sungguh-sungguh. "Kau akan menganggapku sebagai seorang anti-patriotik?"

"Tidak, tidak kawan. Kau tahu bahwa aku adalah pengagum Voltaire yang pernah mengatakan bahwa ia bisa saja tidak sependapat dengan seseorang tetapi kebebasan orang itu untuk mengungkapkan pendapat yang tidak sejalan dengannya itu, akan dibelanya sampai mati. Kau hanya perlu tenang untuk mengerti maksudku ini."

Aku mengangguk mendengar penuturannya. "Cukup di sini dulu tuan Antigonus, Selamat malam!"

Senyumannya yang menyeringai di antara derai kumis tebalnya meyakinkanku bahwa ia sangat puas dengan responku. Ia yakin telah menegakkan ideologi inti negeri Tenton di hadapan seorang calon penghancurnya.

Bagaimanapun aku bertahan. Semua itu hanyalah omong kosong bagiku. Aku tak menyangka bahwa negeri sebesar Tenton bisa terjerumus ke dalam mitos bodoh yang diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya tanpa suatu penilaian yang kritis. 

Aku bersumpah bahwa kau akan memakai lambang tiga-belas pada apa saja yang kupelopori, walaupun diancam sebagai seorang penggalang tindakan makar.

***

Tenton yang malang. Pantas saja ia tak pernah bisa berkembang lebih baik dibanding negara lainnya. Semua generasi memiliki suatu kebenaran yang tak terungkap bahwa angka dua-belas itu adalah kepenuhan dan negara bagian ke tiga-belas tidak seharusnya ada.

Antigonus menyebutnya sebagai negara pemberontak. Tapi apakah hal itu benar? Ataukah mungkin semuanya itu adalah pandangan sempit Antigonus semata karena dipengaruhi propoganda pihak kerajaan selama bertahun-tahun?

Semua catatan yang kubaca ketika masih berada di Odesus menyatakan bahwa negara bagian ke tiga-belas sebenarnya merupakan kumpulan elite dinasti Albus yang berkuasa sebelumnya. 

Setelah dikudeta oleh dinasti Toburk, mereka dimusnahkan. Sampai kini dinasti Toburk yang berkuasa di Tenton. Dinasti Albus yang berkuasa sebelumnya ingin kembali mengegakkan keterbukaan tetapi ditentang banyak pihak konservatif dalam negeri. 

Perang saudara terjadi dan pihak Albus dan pengikutnya menyatakan diri sebagai negara bagian ke tiga-belas, memakai bendera tiga-belas bintang dan mendirikan partai ke tiga-belas.

Ketika dinasti Toburk berkuasa, mereka ingin menghapus jejak dinasti Albus sama sekali karena takut akan timbul pemberontakan yang serupa. Segala sesuatu yang memiliki kaitan dengan angka tiga-belas dihapus dari literatur Tenton.

Dalam berbagai penomoran, angka ini dilewati begitu saja. Dalam kalender pun angka ini dilewati. Tidak ada tanggal tiga-belas dalam kalender Toburk, dan bagi siapa yang masih mengakui bahwa ia terlahir pada tanggal tiga-belas dalam bulan apapun menurut kalender Masehi, ia akan segera menerima hukuman berat.

***

Aku sendiri telah berniat akan membuat suatu revolusi untuk membuka keterkungkungan ini. Tenton harus bebas dari uniformalisme. Untuk berkembang, ia harus menerima pluralitas dan probabilitas. Aku akan memulai revolusi tiga-belas tepat di jantung hati kota Toburk. 

Tetapi dengan siapa? Dengan sisa-sisa dinasti Albus yang menurut catatan resmi sudah dimusnahkan sama sekali? Yang namanya hanya terdengar dan diketahui lewat catatan bangsa sekitar?

Siang ini aku memutuskan untuk pergi ke alun-alun ibukota, sekedar menemukan orang yang dapat kuajak berdiskusi mengenai keresahanku ini.

Tetapi betapa terkejutnya aku. Halaman di depan Istana raja dipenuhi orang-orang yang sepertinya sedang menggerutu. Mereka sedang menyampaikan keluhan kepada para ajudan raja, sementara di sekeliling mereka beberapa tentara berdiri tegap dengan tombak dan perisai mereka, berjaga-jaga kalau kalau akan terjadi sesuatu di luar dugaan.

Salah satu dari mereka, mungkin pemimpin gerakan ini, maju ke depan sambil mengepalkan tangan kanannya sambil meninju-ninju ke atas. "Kami semua yang hadir di sini adalah anggota parlemen, dewan rakyat Tenton. 

Kami menuntut perbaikan ekonomi yang nyata. Dewan dua-belas menteri, bersama gubernur dua-belas negara bagian sudah lama mengajarkan kepada kami bahwa kita bisa hidup sendiri, dengan kekuatan sendiri. 

Tetapi apa yang terjadi? Masyarakat kita terkungkung dan bodoh, banyak bangkai berjatuhan karena berperut kosong. Inikah pemenuhan janji seratus tahun lalu dari dinasti Toburk?"

Ajudan raja memberi aba-aba bagi pasukan keamanan untuk mengepung para pendemo. Sementara menteri penerangan dan komunikasi berkoar-koar memberi pidatonya: 

"Kalian harus sadar bahwa kalian telah dihasut oleh ketidakbenaran! Kalian mengingkari kesempurnaan negara kita sebagai sistem pemerintahan dan kemasyarakatan yang paling mutakhir. Kalian tidak sepatutnya mempertanyakan kelengkapan maupun kesempurnaan sistem negara kita. Kita pasti akan sejahtera. Pulanglah saudara-saudara, masalah kita akan segera selesai!"

Kulihat orang-orang itu kurang puas. Namun mereka tak mampu berbuat lebih banyak selain pasrah dan bergerak mundur dari halaman istana. 

Melihat itu, dadaku kian berdesir karena kegeraman amarah yang kian memuncak. Aku mulai melangkah maju menuju ke tengah lapangan halaman istana yang mulai mereka tinggalkan.

"Tunggu!" Seruanku itu membuat semuanya terpana. Para pendemo menghentikan langkah mereka, dan para pejabat teras yang angkuh itu menatap penuh kewaspadaan ke arahku. "Saudara-saudaraku! Pada hari ini aku akan mengungkapkan suatu kebenaran yang tidak pernah kalian dengar sebelumnya. Kebenaran itu adalah TIGA-BELAS!

Kata-kataku barusan membuat bebrapa ajudan raja yang berada di halama istana terhenyak. Mereka menatapku penuh amarah. "Berani-beraninya kau sebut bilangan tekutuk itu? Para penjaga tangkap dia!!!"

Para pengawal istana hendak bergerak untuk menangkapku tetapi dihalangi oleh kerumunan pendemo yang kini penasaran untuk mendengarkan kata-kataku yang misterius. Beberapa orang dari masa yang menyemut berteriak: "Teruskan! Kami ingin mendengar apa yang kau katakan!"

Melihat kesempatan yang baik ini, aku meneruskan orasiku: "Supaya anda ketahui, ada suatu kebenaran yang selama ini hilang dari kesadaran kalian semua wahai warga Tenton. 

Kebenaran itu adalah TIGA-BELAS! Saudara-saudara, kita masih bisa melampaui dua-belas..., kita masih harus berkembang melewati dua-belas..., dan semua itu kita mulai dari tiga-belas! Rakyat jangan mau dibohongi terus. Marilah kita mulai REVOLUSI TIGA-BELAS!!!"

Pekikanku yang luar biasa itu membuat para pendemo seakan tersengat. Mereka menyerang masuk ke istana. Terjadi pertikaian tajam antara para penjaga dan para pendemo. 

Ajaib, mereka yang tadinya takut dan tak berdaya, kini berani menyerang tanpa takut, sebaliknya para penjaga mulai mundur tanpa mampu dan kewalahan menghadapi para pendemo yang mengganas. Mereka mengobrak-abrik isi istana sambil meneriakan yel-yel: "Hidup tiga-belas!!! Hidup tiga-belaaaaaaas!!!

***

Hari itu masyarakat di penjuru Tenton datang ke istana dan menyerang pemerintah. Seketika itu juga Istana Toburk diluluhlantahkan. Lambang kelaliman itu akhirnya diratakan dengan tanah. 

Di mana-mana warga mulai terbuka matanya. Era baru telah dimulai. Sejak hari itu, muncul negara bagian ke tiga-belas, dewan mentri ke empat-belas dan partai yang ke lima-belas. 

Sejak saat itu Tenton tidak lagi sama. Keseragaman negeri itu telah berubah menjadi lautan wara-warni yang sejuk. Semuanya dimulai dari hal yang sebelumnya dianggap tabu untuk diakui: TIGA-BELAS.

(Timika, November 2016)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun