Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: "Tiga-Belas"

23 Januari 2023   07:43 Diperbarui: 27 Januari 2023   22:00 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi angka 13. (sumber: pixabay.com/Tomasz Hanarz) 

Tetapi apa yang terjadi? Masyarakat kita terkungkung dan bodoh, banyak bangkai berjatuhan karena berperut kosong. Inikah pemenuhan janji seratus tahun lalu dari dinasti Toburk?"

Ajudan raja memberi aba-aba bagi pasukan keamanan untuk mengepung para pendemo. Sementara menteri penerangan dan komunikasi berkoar-koar memberi pidatonya: 

"Kalian harus sadar bahwa kalian telah dihasut oleh ketidakbenaran! Kalian mengingkari kesempurnaan negara kita sebagai sistem pemerintahan dan kemasyarakatan yang paling mutakhir. Kalian tidak sepatutnya mempertanyakan kelengkapan maupun kesempurnaan sistem negara kita. Kita pasti akan sejahtera. Pulanglah saudara-saudara, masalah kita akan segera selesai!"

Kulihat orang-orang itu kurang puas. Namun mereka tak mampu berbuat lebih banyak selain pasrah dan bergerak mundur dari halaman istana. 

Melihat itu, dadaku kian berdesir karena kegeraman amarah yang kian memuncak. Aku mulai melangkah maju menuju ke tengah lapangan halaman istana yang mulai mereka tinggalkan.

"Tunggu!" Seruanku itu membuat semuanya terpana. Para pendemo menghentikan langkah mereka, dan para pejabat teras yang angkuh itu menatap penuh kewaspadaan ke arahku. "Saudara-saudaraku! Pada hari ini aku akan mengungkapkan suatu kebenaran yang tidak pernah kalian dengar sebelumnya. Kebenaran itu adalah TIGA-BELAS!

Kata-kataku barusan membuat bebrapa ajudan raja yang berada di halama istana terhenyak. Mereka menatapku penuh amarah. "Berani-beraninya kau sebut bilangan tekutuk itu? Para penjaga tangkap dia!!!"


Para pengawal istana hendak bergerak untuk menangkapku tetapi dihalangi oleh kerumunan pendemo yang kini penasaran untuk mendengarkan kata-kataku yang misterius. Beberapa orang dari masa yang menyemut berteriak: "Teruskan! Kami ingin mendengar apa yang kau katakan!"

Melihat kesempatan yang baik ini, aku meneruskan orasiku: "Supaya anda ketahui, ada suatu kebenaran yang selama ini hilang dari kesadaran kalian semua wahai warga Tenton. 

Kebenaran itu adalah TIGA-BELAS! Saudara-saudara, kita masih bisa melampaui dua-belas..., kita masih harus berkembang melewati dua-belas..., dan semua itu kita mulai dari tiga-belas! Rakyat jangan mau dibohongi terus. Marilah kita mulai REVOLUSI TIGA-BELAS!!!"

Pekikanku yang luar biasa itu membuat para pendemo seakan tersengat. Mereka menyerang masuk ke istana. Terjadi pertikaian tajam antara para penjaga dan para pendemo. 

Ajaib, mereka yang tadinya takut dan tak berdaya, kini berani menyerang tanpa takut, sebaliknya para penjaga mulai mundur tanpa mampu dan kewalahan menghadapi para pendemo yang mengganas. Mereka mengobrak-abrik isi istana sambil meneriakan yel-yel: "Hidup tiga-belas!!! Hidup tiga-belaaaaaaas!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun