Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: "Tiga-Belas"

23 Januari 2023   07:43 Diperbarui: 27 Januari 2023   22:00 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi angka 13. (sumber: pixabay.com/Tomasz Hanarz) 

"Angka itu membawa kemaksiatan dan marabahaya. Ia membawa aura negatif pada semesta yang dikitarinya."

Aku tidak puas dengan pernyataannya. "Kau tidak mungkin membuang sebuah kenyataan yang ada sebagai ketiadaan. Tidak pernah kita bisa menerima apa pun di dunia ini tanpa merangkul apapun yang tidak kita sukai. Kau baru saja membuat suatu kejahatan melawan eksistensi."

"Kejahatan terhadap eksistensi?" Antigonus tertawa terbahak-bahak. Ia berdiri dari kursinya, "kejahatan jenis apa itu? Apakah akan diganjar dengan hukuman penjara?" Dia kembali berderai dalam tawa yang bising.

Aku tetap tenang. "Kau telah menganggap apa yang ada sebagai tak ada. Kau tak mungkin mengakui adanya empat-belas dan seterusnya tanpa mengakui dan menapaki tiga-belas. Bukankah itu ketidakadilan eksistensial?"

Antigonus tampak berpikir keras sambil mengelus janggutnya yang mulai panjang. Ia melangkah ke pekarangan rumah yang memiliki kontak langsung dengan udara dingin malam serta pemandangan angkasa yang bening.

"Ke mari Alexander, akan kutunjukkan sesuatu padamu..."


Aku mengikuti ajakannya, mendekatinya dan ikut menengadah ke langit, pada jutaan bintang yang berpendar dalam bentangan langit malam yang sebening kristal.

"Apakah langit itu memiliki kaitan dengan pembicaraan kita tadi?" tanyaku.

Antigonus tertawa kecil. "Aku hanya ingin menyegarkan pikiranmu untuk mengingat satu hal penting. Ingat tradisi kita! Kita dibangun di atas fondasi dua-belas suku utama. Sejak awal pendirian kerajaan ini, angka dua-belas adalah lambang kepenuhan dan keutuhan negeri kita."

"Lihatlah pada rasi bintang Astrixlaksia itu. Ia memiliki dua-belas bintang yang membentuk formasinya. Kesempurnaan formasi Rasi bintang itu melambangkan keutuhan negara kita yang tercinta: Kerajaan Tenton! Bukankah masuk akal jika segala hal yang datang setelah angka dua-belas adalah sebuah lawan bagi keutuhan dan kesempurnaannya? 

Kau ingat tentang negara bagian ke tiga-belas yang berdiri tegak sebagai pemberontak yang ingin memecah belah Tenton? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun