'Ngapain lu rul?' Nisa bertanya dengan nada jutek.Â
Aku sadar Nisa sedang basa basi 'ya nyari bahan buat besok'
'Kok berduaan disini, tuh Radit ditinggalin sendirian' intonasi Nisa semakin naik, tatapan nisa seperti ibu kos penagih uang bulanan.
'Lu kaya gk tau Radit aja, dia mana mau ikut nyari buku yang ada pusing.' aku berusaha mengatur suara.
'Enggak! Gak tau gue.' kini Nisa terlihat emosi.Â
'Lu kenapa sih? Mending lu bantuin gue sini.' aku bingung dengan sikap Nisa.
'Dih, ogah!' tatapan Nisa tajam memandangku.Â
Pandu menutup bukunya dengan keras dan pergi ke meja Radit. Aku mengekor di belakang Pandu, meninggalkan Nisa. setelah itu kami berdiskusi dan mulai mengerjakan hal-hal yang diperlukan untuk presentasi besok.Â
Setibanya di kosan aku menceritakan kejadian tadi kepada Reni. Aku sangat bingung dengan sikap Nisa, aku berpikir, tak ada yang salah dengan ku.Â
'Rul lu lupa apa Oon si.' Reni menepak pundak ku.
'Aw..... sakit anjirr, lupa apansi.' aku masih bingung.Â