Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Takari, Nama Saya Diambil dari Pidato Bung Karno

11 Desember 2019   07:08 Diperbarui: 11 Desember 2019   17:59 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1961, "Revolusi -- Sosialisme Indonesia -- Pimpinan Nasional (Resopim)". Tahun 1962, "Tahun Kemenangan (Takem)".

Tahun 1963, "Genta Suara Revolusi Indonesia (Gesuri). Tiada revolusi kalau ia tidak menjalankan konfrontasi terus-menerus dan kalau ia tidak merupakan satu disiplin yang hidup, bahwa diperlukan puluhan ribu kader di segala lapangan.

Tahun 1964, "Tahun Vivere Pericoloco (Tavip)". Vivere pericoloso, adalah sebuah frasa bahasa Italia (dari kata vivere, "hidup", dan pericoloso, "berbahaya") yang berarti hidup penuh bahaya.

Tahun 1965, "Capailah bintang-bintang di langit. Tahun Berdikari (Takari)". Nah, ini sudah sampai nama saya. Takari adalah nama tahun yang dicanangkan oleh Bung Karno di tahun 1965, yaitu Tahun Berdikari.

Yang dimaksud dengan berdikari adalah "berdiri di atas kaki sendiri", alias merdeka, berdaulat dan mandiri. Soekarno menjelaskan tiga prinsip berdikari, yakni, berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Ketiga prinsip berdikari ini, kata Bung Karno, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurutnya, tidak mungkin akan ada kedaulatan dalam politik dan berkepribadian dalam kebudayaan, bila tidak berdirikari dalam ekonomi.

Demikian pula sebaiknya. Dengan berdaulat dalam bidang politik, Bung Karno menginginkan agar bangsa Indonesia benar-benar berdaulat dan tidak bisa didikte oleh siapapun. Di samping itu ia sering menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak akan menjadi bangsa mengemis, lebih-lebih kepada kaum imperalis.

Pada aspek berkepribadian dalam kebudayaan, Bung Karno menegaskan bahwa budaya kita kaya raya yang harus kita gali. Karenanya, ia menganggap tepat diboikotnya film-film Barat ketika itu, juga pemberantasan musik The Beatles, literatur picisan, serta budaya dansa-dansi.

Melalui Dekon (Deklarasi Ekonomi), sebagai perencanaan pembangunan ekonomi berdiri, Bung Karno meletakkan kedudukan rakyat sebagai sumber daya sosial bagi pembangunan. Ia yakin bahwa rakyat akan menjadi sumber daya ekonomi yang optimal bagi pembangunan bila aktivitas dan kreativitasnya dikembangkan.

Tahun 1966, "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah). Abraham Lincoln, berkata: "one cannot escape history, orang tak dapat meninggalkan sejarah", tetapi saya tambah : "Never leave history". Peganglah teguh sejarahmu, never leave your own history!

Peganglah yang telah kita miliki sekarang, yang adalah akumulasi dari pada hasil semua perjuangan kita di masa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas vacuum, engkau akan berdiri diatas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa amuk, amuk belaka. Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun