Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

8 Tahap Perkembangan Kehidupan Keluarga

14 September 2018   11:26 Diperbarui: 28 September 2020   08:01 37061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Semua anak sudah "meninggalkan" rumah, baik dalam artian fisik maupun dalam artian psikologis. Anak-anak sudah dewasa semua, sudah menikah, dan tinggal bersama keluarga barunya.

Pada beberapa pasangan, tahap ketujuh ini dianggap berat dan sulit dilalui karena adanya perubahan suasana kejiwaan akibat orangtua mulai memasuki usia lanjut.

Ada sangat banyak hal yang berubah, dimulai dari peristiwa perpisahan dengan anak-anak, di mana anak-anak mulai membentuk keluarga sendiri dan memulai tahapan perkembangannya sendiri, hingga proses penuaan yang dalam beberapa kasus diserta perasaan gagal sebagai orang tua.

Pada contoh keluarga berantakan, anak-anak berulah tidak seperti harapan orangtua, maka di masa ini orangtua merasakan kegagalan dalam mendidik anak.

Tahap 8 : Keluarga Orangtua Usia Lanjut

Tahap kedelapan yang menjadi tahap terakhir dari perjalanan sebuah keluarga, dimulai ketika salah satu dari suami dan istri atau keduanya sudah mulai pensiun kerja, sampai salah satu atau keduanya meninggal dunia.

Sebagian dari pasangan manula ini hidup berdua saja, karena sama sekali tidak ada anak atau cucu atau anggota keluarga lain yang tinggal bersama mereka. Namun banyak pula --pada contoh di Indonesia---yang memilih untuk tinggal bersama keluarga salah satu anak mereka.

Di negara-negara Barat, ketika pasangan sudah meninggal dunia, banyak yang memutuskan untuk tinggal di panti jompo sampai akhir usia. Pertimbangannya, daripada hidup sendiri dalam kondisi sudah tua dan lemah, lebih baik tinggal di panti jompo dimana ada perawat dan pangelolanya. 

Di Indonesia, ada tradisi pertemuan keluarga pada momentum tertentu, seperti Idul Fitri atau Natal atau saat liburan bersama, di mana semua anak dan cucu mengunjungi orangtua atau kakek-nenek mereka. Peristiwa ini adalah hiburan yang sangat menyenangkan pada pasangan manula, atau pada lelaki dan perempuan yang hidup sendiri karena ditinggal mati pasangan.

Siklus yang Selalu Berulang
Mari kita perhatikan. Sebuah keluarga memulai tahap pertama dari dua orang saja, yaitu seorang suami dan seorang istri, dan akan mengakhiri tahap kehidupannya dengan dua orang saja, yaitu seorang suami dan istri, seperti tahap pertama saat mereka memulai. Bahkan jika ditarik dari kondisi sebelum menikah, maka situasinya pun berulang.

Dari seorang lajang, kemudian memiliki pasangan setelah menikah, lalu berkembang beranak pinak, bermenantu dan bercucu, namun akhirnya kembali tinggal berdua saja, dan saat pasangan meninggal tinggal sendiri lagi, dan akhirnya iapun mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun