Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Masih Belajar Menjadi Manusia

Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan. Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kolong Tol, Sepatu Basah, dan Doa yang Tak Sampai

13 Mei 2025   23:12 Diperbarui: 13 Mei 2025   23:12 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Dokumentasi Pribadi Hasil Generate AI/chatgpt.com

Jakarta, pukul 18.40

Air naik pelan-pelan seperti kebohongan yang terlambat ditepis. Di kolong Tol Meruya, cahaya lampu jalan memantul di permukaan air setinggi sepinggang. Di tengahnya berdiri Pak Saiman, petugas lalu lintas yang sejak tadi lebih banyak bicara pada kodok daripada pada manusia.

"Katanya jalan, tapi ini kolam," gumamnya.

Ia menendang plastik kopi yang mengambang pelan seperti niat hidup pegawai yang gajinya belum cair.

**

Dari kejauhan, sepeda motor terhenti. Pengemudinya menatap air dengan tatapan seperti mahasiswa yang baru sadar SKS-nya kurang.

"Bisa lewat, Pak?" tanya si pengendara.

Pak Saiman menunjuk air, lalu menunjuk paha sendiri. "Kalau motormu amfibi, silakan."

Si pengendara mundur perlahan. Ia tahu: di Jakarta, banjir bukan musuh. Ia cuma sahabat lama yang selalu datang tanpa undangan.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun