Mohon tunggu...
Ozi van Karpov
Ozi van Karpov Mohon Tunggu... -

Jika dunia tak mendengarmu..maka menulislah, minimal dia akan melihatmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja di Pagi Hari

16 Januari 2016   06:08 Diperbarui: 16 Januari 2016   20:45 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Enam tahun sudah aku mengenalnya, masa yang sebentar untuk saling mengenal.Bahkan untuk saling mengetahui berapa takaran gula yang dibutuhkan dalam teh manis kesukaannya.Namun waktu yang sebentar itu tak pernah lepas dari kemesraan yang dibalut pertengkaran. Seperti pagi ini, kami bertengkar masalah pakaian.

Ya!hanya masalah pakaian. Dan lebih sepelenya lagi hanya masalah dimasukkan atau tidak kaos yang dipakainya pada rok rampel yang ia kenakan. Aku bersikukuh untuk membuatnya tampak formal dengan memasukkan kaos nya, karena hari ini dia ke kantor. Namun ia memaksa dikeluarkan karena merasa tak nyaman. Sakit katanya, jika harus dimasukkan.

Kami pun berdebat, panjang seperti kami akan membela klien di pengadilan. Lucunya itu terjadi di chat bbm kami,karena memang kami belum menikah.kami masih berpacaran,dan ya!tak terbayang bagiku untuk menikahi wanita yang setiap pagi ada saja bahan perdebatan kami, dari mulai lipstik hingga sepatu, mulai sarapan hingga mobil pernah kami debatkan. Namun semakin kami bertengkar semakin kami tahu,s emakin kami mengenal siapa dia dan siapa diriku. Namun masih jauh dari kata cocok.

Tak mengapa, bukan kata itu yang kami cari. Seribu bahkan sejuta pertengkaran pun tak akan benar benar membuat kami benar benar cocok. Lalu kemanakah hubungan ini berlanjut. Entahlah hingga kapan, tapi ketika sudah tidak ada lagi perdebatan mungkin itulah saat kami berhenti. Berhenti saling mencintai, karena berhenti pula rasa saling menemukan, rasa saling menyukai,rasa saling menyempurnakan. Entah debat apa lagi yang akan terjadi nanti. Ini terjadi karena aku memilihnya menemaniku melihat senja di hidupku nanti. Ia bagai senja yang menenangkan namun memberika peringatan akan nalam yang segera tiba.

Jika hari ini ada perdebatan di rencana berdua kalian, nikmati saja itulah esensinya menjalin hubungan. Tak ada yang benar benar bisa sempurna, namun manusia bisa berusaha. Bersyukurlah pada pasangan yang ingin anda lebih baik dan takutlah jika ia tak pernah menuntut. Dan sekali lagi kata kata ini hanyalah isi hati pada wanita yang sering aku panggil senja. Cukuplah ia yang menemaniku kelak, kecuali jika Tuhan tak mengizinkan dan mengirim senja yang lain bagiku dan seseorang baginya.

Untuk kamu senjaku..."kaosnya jangan lupa dimasukin!!"


Bogor, kota kecil yang selalu basah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun