Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Mengingat Kondisi Terakhir Jalan Utama Menuju Kecamatan Simbuang yang Ekstrem

7 Januari 2024   06:44 Diperbarui: 7 Januari 2024   10:04 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu titik jalan ke Simbuang yang sementara dikerjakan pada bulan November 2023. Sumber: dok. pribadi.

Tahun 2023 adalah salah satu waktu terbaik saya menjalani peran sebagai guru dalam pengabdian selama 14 tahun sebagai guru PNS. Secara pribadi, ada mimpi yang terpenuhi di tahun 2023 yang selama ini hanya menjadi khayalan dan membayangkannya. 

Alasan utama saya menjadikan tahun 2023 sebagai tahun terbaik adalah karena saya bisa menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di wilayah terpencil Kabupaten Tana Toraja, yaitu Kecamatan Simbuang. Wilayah ini banyak dikenal warga lokal karena akses jalan ke sana yng ekstrim, baik dari arah Makale, Tana Toraja maupun dari arah Mamasa di Sulawesi Barat. 

Sepanjang tahun 2023, saya tiga kali mengunjungi Kecamatan Simbuang. Masing-masing sekali pada bulan September hingga November. Saya beruntung mengikuti dan terlibat dalam program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Berbekal sebagai Guru Penggerak yang kemudian diberi tugas tambahan oleh BBGP Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Pengajar Praktik PGP Angkatan 9 Kabupaten Tana Toraja, saya mendapatkan tugas untuk mendampingi satu Calon Guru Penggerak (CGP) yang mengajar di UPT SMPN Satap 2 Simbuang. Tugas inilah yang akhirnya mewujudkan mimpi menginjakkan kaki di Simbuang yang mistis dan ekstrim. 

Transportasi utama menuju Kecamatan Simbuang adalah sepeda motor. Mobil jenis 4x4 lah yang bisa tembus ke sana atau truk dengan gardan ganda. Inilah yang membuat ongkos perjalanan ke Simbuang sedikit mahal juga. Di musim kemarau, ongkos sekali turun ke Simbuang menggunakan ojek lokal berkisar antara 350-400 ribu, jadi butuh sekitar 900 ribuan ongkos ditambah uang makan di jalan untuk sekali perjalanan. 

Jika memasuki musim hujan, maka ongkos ojek bisa naik 100 persen atau lebih. Mengapa mahal? Karena tukang ojek akan tetap mendorong penumpangnya yang duduk di sadel motor. Kemudian akses jalan akan benar-benar ekstrim di musim hujan. Belum termasuk ancaman tanah longsor yang mengintai setiap saat. 

Pada perjalanan terakhir saya ke Simbuang di tahun 2023, tepatnya di bulan November, akses utama jalan dari arah kota Makale, tepatnya di kampung yang beririsan dengan Kecamatan Bonggakaradeng dan Kecamatan Simbuang telah mengalami sedikit perubahan. Jalur Sa'dan yang terkenal dengan rute jalannya berupa penurunan menukik, penuh tikungan, agak sempit mengitari perbukitan hutan pinus dengan kondisi jalan adalah perpaduan bebatuan, pasir dan tanah sudah mulai dilebarkan. 

Pelebaran jalan dimulai di pertigaan jalan menuju Kecamatan Malimbong Balepe'-Bonggakaradeng dan Simbuang. Sekitar 5 kilometer jalur Sa'dan mendapatkan pelebaran sekaligus perbaikan. Tiga alat berat berupa dua buah excavator dan satu walas telah bekerja di jalur Sa'dan. 

Dua alat berat yang terparkir di jalur Sa'dan. Sumber: dok. pribadi
Dua alat berat yang terparkir di jalur Sa'dan. Sumber: dok. pribadi

Lebar jalan yang selama ini hanya 3 meter telah menjadi sekitar 6-8 meter. Sangat nyaman dilalui saat itu. Apalagi ditunjang dengan kondisi masih musim kemarau. Seperti melintas di jalur aspal saja. Terdapat 5 titik ekstrim dengan tikungan tajam dan menukik sudah diratakan. Pecahan bekas rabat beton yang selama bertahun-tahun membuat warga Simbuang menderita melewatinya sudah diratakan dengan tanah. 

Melewati jalur Sa'dan yang dilebarkan pun sedikit membuat hati tenang. Betapa tidak, jalur Sa'dan ini tanpa rumah sama sekali. Hanya hutan pinus dengan kombinasi suara burung-burung, jeram sungai dan sesekali suara babi hutan. 

Dengan adanya pekerjaan jalan, pemandangan mulai terbuka. Dari titik pertengahan jalur Sa'dan sudah bisa dilihat lekukan jalan yang dilebarkan. Ini imbas dari banyaknya pepohonan yang ikut ditumbangkan di sekitar sisi kiri dan kanan jalan. 

Jalur Sa'dan yang sempat dilebarkan. Sumber: dok. pribadi. 
Jalur Sa'dan yang sempat dilebarkan. Sumber: dok. pribadi. 

Pada satu titik landai yang sudah berdekatan dengan sisi sungai Massuppu', di mana dulu saya bertemu sekelompok babi hutan, kini sudah sangat terang dn makin lebar. Di titik ini saya sedikit was-was juga ketika lewat. Bagaimana kalau mesin motor tiba-tiba bermasalah atau kondisi ban pecah. Soalnya pernah ada seorang pendeta yang bertugas di wilayah Simbuang mendapati seekor ular piton besar sedang melilit dan menelan seekor babi hutan di tempat tersebut. 

Titik terberat terakhir di jalur Sa'dan adalah penurunan mendekati jembatan sungai Massuppu'. Sebelum pekerjaan pelebaran jalan masuk, akses jalan di sekitar jembatan ini sedikit ekstrim, berbatu dan berpasir. Di musim kemarau ban motor sulit dikendalikan. Meskipun sudah injak rem, motor tetap melaju turun karena debun tanah yang sudah mirip semen.  Tak jarang penumpang yang dibonceng motor harus berjalan kaki. 

Perbaikan dan pelebaran jalan hanya sampai di jembatan Massuppu'. Jalur ekstrim lainnya di sekitar kampung Petarian belum ada isi pengerjaan. Jadi kondisi jalan masih sama ekstrimnya, yakni menanjak, berbatu dan curam. 

Ketika kembali dari Simbuang pada November lalu, jalur Petarian hingga Sa'dan makin buruk. Pengaruh musim kemarau saat itu membuat banyak mobil jenis Hilux dan truk double gardan mondar-mandir memasang alat peraga kampanye caleg dan parpol membuat bebatuan dan tanah di sepanjang jalan makin terhambur. Rabat beton pun mulai banyak yang rusak, terutama di bagian tikungan tajam dan menukik. Hingga hanya menyisakan pecahan beton untuk membuat ban motor saja. 

Di perkampungan Sa'dan yang masuk wilayah kecamatan Simbuang dan hanya didiami beberapa rumah saja, jalur benar-benar menguji adrenalin. Jika tidak hati-hati, pengendara bisa terjatuh. Bebatuan banyak berhamburan di tengah jalan. Satu rekan ibu guru yang berbarengan pulang dengan saya harus turun beberap kali dari motor dan memilih jalan kaki. Saya sendiri yang mengendarai motor pun berulang kali berhenti untuk melihat situasi jalan. Istilah motor dikendarai seperti sepeda pun berlaku. Kedua kaki saya harus turun untuk menjaga keseimbangan. Beberapa kali mata kaki saya terantuk pedal motor saya sendiri. Satu kali saya harus menuntun motor untuk menurini jalan berbatu yang sudah menyerupai tebing. Untungnya tak ada orang yang lewat dan melihat saya saat itu. 

Kondisi jalan di kampung Sa'dan dari arah Simbuang. Sumber: dok. pribadi
Kondisi jalan di kampung Sa'dan dari arah Simbuang. Sumber: dok. pribadi

Namun, ada kondisi kontras saat ini di mana pelebaran jalan sekitar 5 km di jalur Sa'dan sepertinya untuk sementara tinggal kenangan. Setelah dikerjakan selama hampir sebulan, memasuki bulan Desember para pekerja dan alat berat telah ditarik semua oleh pemborongnya. Jalan yang baru mulai dibenahi pun kini terbengkalai. Menurut informasi dari warga yang melintasi wilayah perbaikan jalan, tidak kucurnya dana proyek ditengarai menjadi penyebab terhentinya pembagunan jalan. 

Jalanan untuk sementara masih bagus dilewati. Tetapi ketika puncak musim hujan, kondisi jalan akan benar-benar rusak berat. Galian tanah akan tersapu oleh genangan air hujan menuju sungai. Dan bukan tak mungkin sungai-sungai kecil akan terbentuk di jalan tanah yang belum rampung pengerjaannya. Tambahan pula, banyaknya pohon yang ditumbangkan di sisi jalan akan mendorong rawannya terjadi longsor. Sebelum dilebarkan pun, kondisi tebing sudah rawan longsor. 

Selama tidak ada kelanjutan perbaikan jalan ke depan, ruas jalan menuju Simbuang, khususnya di sekitar Sa'dan akan semakin parah. Apalagi musim hujan sudah mulai melanda Tana Toraja. 

Semoga ada berita baik kelanjutan pembangunan jalan ke Simbuang di tahun 2024 ini. Dengan demikian, warga Simbuang akan menikmati kemerdekaan yang sudah puluhan tahun mereka rindukan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun