Rasa tak nyaman dalam dunia kerja sendiri sejatinya tak mungkin muncul dari luar. Itu pasti sesuatu yang asalnya dari internal pekerjaan itu sendiri.Â
Bisa saja dari rekan kerja, atasan, sistem pekerjaan yang berubah dari sebelumnya sehingga ritme kerja pun kian tak jelas.Â
Kenyamanan itu adalah sebuah harga yang tak bisa diganggu. Jika ia sudah sampai mempengaruhi mutu kerja maka ia tak akan baik bagi kelangsungan pekerjaan itu. Efeknya akan ke diri sendiri.
Kedua adalah memiliki rencana masa depan yang baru. Hidup yang terarah tak bisa lepas dari rencana-rencana masa depan.Â
Dengan perencanaan dini seseorang paling tidak bisa membuat persiapan yang jelas. Dunia kerja yang monoton sedikit banyak telah menguras fokus hidup seseorang.Â
Ini memicu munculnya rencana untuk memperoleh yang lebih baik lagi. Katakanlah dari segi ekonomi, waktu luang bersama keluarga, kesehatan, dan sebagainya.Â
Kehidupan modern yang penuh tuntutan melahirkan perilaku beragam dari manusianya untuk menjawab tantangan-tantangan yang silih berganti.
Rasa tak puas kerap kali menjadi kambing hitam atas keputusan seseorang memilih resign, namun kesadaran bahwa hidup tak bisa terus-terusan terjebak di titik yang sama juga patut diperhatikan.Â
Jika sudah ada rencana hari besok dengan perhitungan yang baik, maka tak ada salahnya memilih resign dari pekerjaan.Â
Lakukanlah semuanya dengan sebaik mungkin. Toh rezeki tak pernah tertukar, meski pekerjaan terus berganti.
Ketiga, kesiapan. Bagaimana pun seseorang harusnya tidak bisa mengambil setiap keputusan dengan tergesa-gesa. Apalagi terkait pekerjaan.Â