Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takdir Politik Prabowo Subianto

30 Juni 2019   06:57 Diperbarui: 30 Juni 2019   07:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini cerita masa lalu, 20 tahun ke belakang jauhnya. Awal tahun 1998, kondisi ekonomi tanah air sedang berkecamuk. Situasi di Jakarta sedang tidak baik. Terhitung sejak bulan Agustus nilai rupiah mengalami pelemahan yang amat drastis. Dalam periode hingga tengah tahun 1998 rupiah menyentuh angka 14.000 berbanding US$1. Di sisi lain Bursa Efek Jakarta juga sempoyongan sampai titik paling rendah.
             
Bulan Maret 1998, di tanggal 11 atau hari Rabu, MPR secara resmi menetapkan Soeharto sebagai Presiden RI bersanding dengan Bacharuddin Jusuf Habibie yang sebelumnya merupakan Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia sebagai wakilnya. Penetapan itu sendiri merupakan yang ketujuh bagi Soeharto untuk masa menjabat 1998 sampai 2003.
       
Di awal-awal banyak pihak yang coba menentang majunya Soeharto untuk periode itu. Malah Soeharto sendiri sempat berpikir untuk tak lagi melanjutkan kursi kuasanya. Tapi dorongan dari lima pimpinan fraksi di MPR akhirnya berhasil mengantarnya kembali memimpin. 

Lima fraksi itu antara lain adalah Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP), Fraksi Karya Pembangunan (F-KP), Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (F-PDI), Fraksi Utusan Daerah (F-UD), dan Fraksi ABRI (F-ABRI).
           
     
Pergolakan terjadi. Di banyak titik di Jakarta, demonstrasi digalang kelompok mahasiswa. Tuntutannya jelas, Soeharto tak usah jadi presiden.
           
* * * * *
Tanggal 20 Maret di tahun yang sama, Prabowo Subianto secara resmi ditunjuk menjadi panglima komando cadangan strategis angkatan darat (Pangkostrad) setelah sebelumnya menjabat sebagai komandan jenderal komando pasukan khusus (Danjen Kopassus) dua tahun lamanya.

Prabowo menikmati kerier militernya di bawah bendera cendana yang berkibar lama. Kedudukan Soeharto sebagai presiden secara langsung sudah ikut memoles namanya.
         
Jakarta kian memanas. Demonstrasi massa pecah di mana-mana. Rakyat menginginkan Soeharto lengser. Bisik-bisik perihal aksi desakan mundur terhadap presiden secara frontal mengaung.    
   
Sementara itu, sekira 571 kilometer ke arah timur dari jantung Jakarta, lelaki kerempeng yang juga pengusaha mebel sedang giat-giatnya membenahi ekspor produknya yang sampai Eropa. Ia dihadapkan juga dengan situasi krisis. Tapi tak sampai mempengaruhi usahanya. 

Lelaki itu bukanlah tokoh besar. Ia bukan orang dari partai politik atau punya kedudukan di pemerintahan. Ia hanya orang biasa yang tinggal di kota Surakarta atau kini populer disebut Solo. Namanya Joko Widodo.          
     
Di telinganya terdengar juga perihal sengkarut negeri. Kabar karut-marutnya Jakarta sampai di bilik kerjanya, tapi tak sampai di ranjang kamarnya dan mengganggu tidur malamnya. Ia tak begitu ambil pusing dengan situasi pemerintahan. Baginya itu semua sudah jalannya, sementara ia pun punya jalan sendiri. Lagi pula ia tak terlalu paham perihal politik dan isu pemerintahan.
     
21 Mei 1998 Soeharto akhirnya secara resmi mengundurkan diri dari jabatan presiden yang ia emban empat windu lamanya. Desakan dan demonstrasi massa sudah cukup membuat jenderal dari Kemusuk, Bantul itu untuk mengambil keputusan. Jalan reformasi akhirnya terbuka lebar dan menganga-nganga. Keesokan harinya giliran Prabowo yang dijungkalkan. 

Umur jabatan yang barulah 2 bulan itu mesti ia tanggalkan. Presiden pengganti, Bacharuddin Jusuf Habibie memilih untuk tak lagi menempatkannya di situ. Ada isu yang membuat presiden ketiga jatuh curiga pada Prabowo.
           
Di satu ruang pertemuan Prabowo akhirnya bertemu presiden Habibie. Ia hendak menanyakan alasan pemecatannya. Alih-alih hanya bertanya, perdebatan pun terjadi.

"Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto. Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," kata Prabowo.

"Anda tidak dipecat, tetapi jabatan Anda diganti," timpal Habibie.
             

Tahun-tahun berganti di masa reformasi yang bersejarah. Prabowo menghilang beberapa waktu. Di bagian bumi yang lain si lelaki kerempeng pengusaha mebel masih tetap setia dengan bisnisnya sembari membesarkan tiga orang anaknya. Ia begitu jauh dari politik. 

Namun siapa menyangka kehidupan seorang manusia. Tahun 2004 Jokowi si pengusaha mebel itu beranikan diri maju di Pilkada Surakarta. Sementara Prabowo sudah mengambil ancang-ancang mengikuti konvensi partai Golkar sebagai jalan mengikuti kontestasi pilpres. Apa lacur, ia gagal terpilih, mantan rekannya di militer, Susilo Bambang Yudhoyono malah terpilih sebagai presiden.
     
Dari Surakarta Jokowi meraih sukses. Ia memenangkan pilkada pertamanya bersama Hadi Rudyatmo. Ia gemilang di kancah daerah berkat kinerja yang jadi sorotan dunia. Berbagai prestasi besar digondolnya.
         
Periode pertama Jokowi menjadi wali kota Surakarta masih tersisa setahun. Di Jakarta, Prabowo sudah mantap turun gelanggang pilpres mendampingi Megawati setelah sebelumnya berhasil menelurkan satu partai beken, Gerakan Indonesia Raya. 

Tapi ia masih tetap gagal. Meski berpasangan dengan anak tokoh proklamator sekaligus presiden kelima tetapi itu semua belum cukup. Lagi-lagi Susilo Bambang Yudhoyono tampil mengubur mimpinya.        
       
Setahun setelah pilpres pertama Prabowo, Jokowi di Surakarta kembali memenangkan pilkada. Seiring dengan itu nama Jokowi juga mulai jadi perhatian. Bukan saja karena kinerjanya, tapi lain dari itu masyarakat cukup terpukau dengan gaya blusukannya.
       
Baru 2 tahun di periode kedua wali kota Surakarta, Jokowi sudah dibawa ke Jakarta untuk menumbangkan Fauzi Bowo. Megawati tak cukup meyakininya, tapi Prabowo datang menguatkan. Jadilah ia maju bersama Basuki Tjahaja Purnama untuk kontestasi pilkada DKI Jakarta 2012-2017.
       
Pada beberapa kabar, diyakini bahwa ada niat lain dari diusungnya Jokowi oleh Prabowo di pilkada DKI. Prabowo mengetahui bahwa rakyat secara luas begitu mengeluh-eluhkan Jokowi. Di sisi lain ia juga mesti memoleskan kembali namanya menjelang menjelang pilpres 2014. 

Ia sadar elektabilitas di 2009 tak cukup baik. Sejauh itu Prabowo memang cerdik. Lewat usaha mengusung Jokowi ke pilkada DKI itu ia punya harapan popularitas Jokowi bisa merembes padanya. Hitung-hitung sebagai tabungan menjelang pilpres di mana SBY sendiri dipastikan tak lagi ikut kontestasi.
         
Prabowo dan banyak orang tak akan ada yang berpikir bahwa Jokowi akan sukses besar seperti hari ini. Ia mana tahu Jokowi akan dua kali mengubur mimpinya jadi presiden.
     
Tuhan selalu punya jalan luar biasa. Jokowi mulus melenggang menuju kursi Gubernur DKI. Jabatan yang kemudian begitu singkat dipikulnya. Tak sampai setengah jalan ia secara meyakinkan maju di pilpres. 

Sesuatu yang membuat Prabowo terkejut luar biasa. Tidaklah ia menyangka orang yang ia usung untuk jadi gubernur itu malah menantangnya di gelanggang sebesar pilpres.
       
Prabowo tetap percaya diri. Ia punya nama besar. Sementara Jokowi bukan siapa-siapa. Ia adalah anak pahlawan sementara Jokowi anak rakyat jelata. Namun apa daya, langit di mata Prabowo masih tetap mendung. Di pilpres keduanya ia gagal lagi. Jokowi berhasil mengamankan kursi presiden ketujuh.            
     
Hari-hari berlangsung cepat. Mimpi menjadi presiden bagi Prabowo adalah mimpi suci yang mesti diwujudkan bagaimana pun caranya. Di pikirannya hanya ada Jokowi, lawan politik yang semula hanyalah ia anggap anak bawang. Jadilah selama masa penantian itu Prabowo mengisinya dengan membangun namanya. Memoles terus menerus citra dirinya. Sembari mengumpulkan kawan untuk dibawa membantunya bertarung di pilpres 2019.
             
Setelah masa kampanye yang menguras tenaga selesai, masuklah pada hari puncak. Sejak jauh-jauh hari lembaga-lembaga survei telah mempertontonkan hasil survei di mana Jokowi masih sulit dikalahkan. Tapi Prabowo tidak acuh, baginya itu hanya sebatas prediksi. Ia masih percaya kali ini Jokowi bisa diredam.
     
Hari pencoblosan berakhir, Prabowo sempat mengulang adegan legendaris di 2014: sujud syukur. Ia tak peduli quick count. Alih-alih mempercayainya, ia malah balik menuding lembaga penyedia data quick count sebagai lembaga setiran pemerintah. Ia tetap bersikukuh bahwa ia adalah pemenangnya.
             
Kini, setelah perselisihan yang melelahkan di MK berakhir. Status capres Prabowo juga berakhir. Ia adalah mantan capres dua kali dan mantan cawapres sekali. Apa pun langkah hukum yang akan ia ambil lagi nantinya tetap saja ia tak bisa mengubah apa-apa, kecuali pola pikir pendukungnya.
     
Jalan hidup manusia tak bisa diterka dengan benar. Kasus Jokowi telah memperlihatkan batapa takdir itu misteri.
         
         
Ambon, pagi ini juga.
             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun