Mohon tunggu...
Oldiyani Lassa
Oldiyani Lassa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Korupsi di Media Sosial:Manipulasi Opini Publik dan Ancaman Demokrasi Digital.

23 Juni 2025   20:53 Diperbarui: 23 Juni 2025   20:53 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Perempuan berdiri dalam kabut, menggambarkan ketidakjelasan arah informasi. (Sumber: Dokumen Pribadi / AI Generated)

5. Isu Hoaks Kedatangan Cristiano Ronaldo (Februari 2025)

Informasi viral tentang kedatangan Cristiano Ronaldo ke NTT beredar di berbagai platform digital. Publik sempat geger dan banyak yang berspekulasi. Namun hingga kini, tidak ada satu pun sumber resmi yang mengonfirmasi. Meski tampak remeh, hoaks ini menunjukkan bagaimana figur populer bisa dimanfaatkan untuk menyedot atensi dan membelokkan fokus publik dari isu yang lebih penting.

Sumber: Pemerintah Provinsi NTT dan Kepolisian Daerah NTT, Keterangan Resmi (Februari 2025)

Manipulasi Opini dan Erosi Demokrasi Digital

Ketika masyarakat lebih mempercayai narasi viral di media sosial daripada klarifikasi resmi, maka demokrasi digital mengalami kemunduran. Demokrasi bukan sekadar kebebasan berbicara, tetapi juga hak untuk mendapat informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat informasi dimanipulasi secara sistematis, publik kehilangan pegangan terhadap kenyataan.

Akibatnya  pembicaraan di ruang publik menjadi tidak lagi membangun.Keputusan yang diambil pun seringkali diambil berdasarkan informasi yang salah,yang pada akhirnya mengarah pada kebijakan yang tidak efektif atau bahkan merugikan.Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga resmi semakin menurun,menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpercayaan yang lebih luas.Dalam jangka panjang hal ini dapat mengancam fondasi demokrasi itu sendiri,dimana informasi yang akurat dan kepercayaan publik terhadap institusi adalah kunci untuk menjaga keseimbangan dan kemajuan sosial.

Solusi: Literasi Digital sebagai Tameng (literasi digital dapat menjadi pelindung atau pertahanan bagi masyarakat untuk menghadapi ancaman korupsi digital dan penyebaran informasi palsu).

       Solusi utama terhadap korupsi digital bukanlah hanya pemblokiran akun hoaks, tapi pemberdayaan masyarakat melalui literasi digital. Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, hingga komunitas lokal harus aktif memberikan edukasi tentang:

  • Cara memverifikasi informasi,
  • Mengenali sumber terpercaya,mewaspadai jebakan digital (phishing, tautan palsu, akun tiruan),
  • Membedakan antara berita hoaks dan berita yang benar sehingga masyarakat dapat membuat keputusan yang tepat.

Platform media sosial pun memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi laporan konten palsu dan secara proaktif membatasi jangkauan konten yang belum diverifikasi.

Penutup

Korupsi di media sosial bukan isapan jempol. Ia nyata, menjalar cepat, dan membawa dampak luas terhadap struktur sosial dan demokrasi. NTT pada tahun 2025 menjadi contoh jelas bagaimana manipulasi informasi di dunia maya mampu menimbulkan keresahan, kerugian, dan kekacauan. Jika dibiarkan, hal ini akan menjadi pola baru dalam melemahkan daya pikir kritis masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun