Setelah terjadi gempa bumi di wilayah NTT, beredar kabar palsu di media sosial yang menyebut akan ada gelombang tsunami susulan yang lebih besar. Informasi ini menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat. BMKG Stasiun Geofisika Kupang kemudian menegaskan bahwa tidak ada potensi tsunami dan meminta masyarakat hanya mempercayai informasi dari kanal resmi. Kasus ini mencerminkan bagaimana hoaks bencana bisa mengganggu ketertiban sosial dan menciptakan kepanikan massal.
Sumber: BMKG Stasiun Geofisika Kupang, Imbauan Resmi (Januari 2025)
2. Isu Hoaks Permintaan Sampel Cairan Tubuh (April 2025)
Sebuah pesan berantai menyebutkan bahwa mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang meminta sampel cairan tubuh untuk praktikum, dengan imbalan uang. Isu ini sempat menimbulkan keresahan di kalangan warga karena dianggap aneh dan tidak etis. BEM Poltekkes segera mengklarifikasi bahwa informasi itu palsu. Ini merupakan contoh klasik korupsi informasi yang merusak citra institusi pendidikan dan menurunkan kepercayaan publik.
Sumber: Klarifikasi Resmi BEM Poltekkes Kemenkes Kupang (April 2025)
3. Hoaks Lowongan Kerja Petugas Haji (Januari 2025)
Kementerian Agama menyebut adanya penipuan yang mengatasnamakan rekrutmen petugas haji 2025. Akun-akun palsu memanfaatkan celah keinginan masyarakat untuk bekerja, lalu menyebarkan link palsu. Ini tidak hanya bentuk penipuan finansial, tetapi juga manipulasi psikologis masyarakat dengan janji palsu.
Sumber: Kemenag RI, Siaran Pers Resmi (Januari 2025)
4. Hoaks Undian Berhadiah Bank NTT (April 2025)
Sebuah akun Facebook menyebarkan tautan undian berhadiah mengatasnamakan Bank NTT, dengan hadiah menggiurkan kepada nasabah.Hadiahnya berupa kendaraan bermotor, mobil, uang tunai,paket umroh,sampai emas batangan.Padahal, bank tidak pernah menyelenggarakan program semacam itu. Praktik ini jelas merupakan skema penipuan dengan memanfaatkan nama lembaga keuangan untuk membujuk korban.
Sumber: Klarifikasi Resmi Bank NTT (April 2025)