Judul Buku: Laut Bercerita
Penulis Buku: Leila S. Chudori
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit: Cetakan ketujuh, 2022
Jumlah Halaman: 387 halaman
ISBN: 9786024818722
Laut Bercerita adalah novel yang pedih, emosional, dan menyayat hati bagi siapa pun yang membacanya. Buku ini mencerita sedikit perjalanan sejarah bangsa Indonesia di masa Orde Baru. Meskipun bukan kisah hidup tokoh-tokoh tertentu yang sama persis, perjuangan Laut dan kawan-kawannya merepresentasikan pengalaman pahit para aktivitas mahasiswa yang hilang dan trauma yang dialami keluarga.
Leila S. Chudari menggambarkan realitas pahit masa Orde Baru melalui cerita fiksi. Bagaimana para aktivis diperlakukan, bagaimana mereka disiksa, dan bagaimana keluarga mereka harus menanggung kehilangan dan trauma. Narasi Biru Laut dan Asmara Jati berhasil membuat pembaca merasakan sedih, marah, harapan palsu, dan duka.
Laut Bercerita bukan sekadar kisah tentang orang hilang, tetapi juga tentang keberanian, pengorbanan, dan perjuangan untuk menuntut kebenaran dan keadilan. Betapa berharganya kebebasan berpendapat dan demokrasi.
Novel ini dikemas dengan narasi yang kuat, pengembangan karakter yang dalam, dan alur yang menggugah emosi. Mengambil latar 1998 sebagai setting utama, novel ini memiliki banyak daya tarik dan pelajaran berharga. Tidak heran jika karya sastra Leila S. Chudori ini meraih banyak penghargaan dan terus dicetak ulang sejak pertama kali diterbitkan pada 2017.
Lantas, apa saja pelajaran yang bisa dipetik dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori? Simak ulasannya berikut ini.
1. Mengingatkan Sejarah Kelam Indonesia
Sebagai novel fiksi sejarah, Laut Bercerita berhasil merangkai peristiwa kelam penculikan aktivis di masa Orde Baru pada tahun 1998 dengan begitu apik. Leila S. Chudori tidak hanya menyajikan fakta, melainkan juga menanamkan jiwa dan emosi ke dalam setiap karakter.
Kita diajak mengikuti kisah Biru Laut, seorang mahasiswa sekaligus aktivis yang idealismenya diuji di tengah penindasan. Mungkin banyak dari kita hanya tahu sedikit peristiwa penculikan aktivitas pada 1998 dari buku sejarah atau berita. Novel ini bisa membawa pembaca kembali ke peristiwa tersebut setelah riset mendalam yang dilakukan penulis.
Melalui Laut, kita menyaksikan keberanian, ketakutan, dan kekejaman yang tak terbayangkan.
2. Dampak Trauma Korban dan Keluarga
Novel Laut Bercerita juga menyajikan perspektif dari Asmara Jati, adik Biru Laut. Bagian ini menyoroti bagaimana keluarga yang ditinggalkan harus berjuang menghadapi ketidakpastian, duka, dan trauma yang tak kunjung usai. Tidak hanya Asmara Jati, keluarga aktivis yang hilang juga harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan orang yang mereka cintai tanpa kejelasan.
Keluarga korban berjuang mencari keadilan dan informasi mengenai apa yang terjadi pada anggota keluarga mereka yang hilang, bahkan bertahun-tahun setelah kejadian. Akibat peristiwa tersebut, banyak keluarga korban yang harus menghadapi trauma berkepanjangan.
Transisi antara kedua sudut pandang ini menjadi salah satu kelebihan utama novel Laut Bercerita. Kita bisa melihat gambaran utuh tentang dampak tragedi tersebut, baik bagi korban langsung maupun orang-orang terkasih yang ditinggalkan.
3. Perjuangan untuk Keadilan
Dalam novel Laut Bercerita, konsep keadilan digambarkan dengan sangat kompleks, menyakitkan, dan jauh dari kata tercapai. Hal ini dialami oleh para aktivis dan keluarga mereka di masa Orde Baru.
Keadilan hukum tidak pernah didapatkan oleh Biru Laut dan teman-temannya yang diculik. Mereka adalah korban penghilangan paksa, tanpa proses hukum, tanpa pengadilan yang adil, dan tanpa ada pertanggungjawaban. Keluarga korban, terutama Asmara Jati, berjuang mati-matian mencari informasi, melaporkan, dan menuntut kejelasan. Hasilnya, selalu dihadapkan pada penolakan dan intimidasi.
Hingga akhir cerita, para keluarga korban masih terus menuntut kejelasan. Menyisakan pertanyaan besar tentang kapan keadilan sejati akan tercapai bagi mereka. Perjuangan untuk keadilan sering kali panjang, melelahkan, dan penuh tantangan.
4. Solidaritas dan Persahabatan
Kisah persahabatan Biru Laut dan rekan-rekan aktivisnya di kampus maupun dalam organisasi menjadi awal cerita. Persahabatan mereka berakar pada kesamaan visi dan misi dalam memperjuangkan demokrasi, keadilan, dan kebebasan berbicara di masa Orde Baru. Mereka adalah mahasiswa yang haus akan perubahan dan rela mengambil risiko besar demi cita-cita bersama.
Ada momen di mana mereka bersembunyi bersama, berbagi makanan, dan merencanakan langkah selanjutnya. Solidaritas ini sangat terasa, terutama saat Biru Laut dan kawan-kawan diculik. Meski hidup mereka diintai bahaya, persahabatan mereka tetap diwarnai tawa dan canda. Bahkan dalam kondisi disekap dan disiksa, mereka berusaha saling menguatkan.
Setelah beberapa di antara mereka "hilang", teman-teman yang tersisa juga terus mencari dan memperjuangkan kejelasan nasib mereka.
5. Berhati-hati terhadap Pengkhianat
Pengkhianat memang selalu ada di mana-mana. Kisah pengkhianatan dalam novel Laut Bercerita menjadi salah satu bagian yang paling menyakitkan. Terutama karena sang pengkhianat datang dari lingkaran terdekat Biru Laut.
Saat Laut dan teman-temannya di bawah tekanan dan siksaan, pengkhianat itu malah memberikan semua informasi kepada pihak militer. Momen pengkhianatan ini digambarkan dengan sangat pedih, marah, dan kecewa, terutama dari sudut pandang Laut.
Novel ini mengingatkan bahwa bahaya tidak selalu datang dari musuh yang jelas. Terkadang, titik paling rentan justru ada di dalam, di antara orang-orang yang kita percayai. Untuk itu, kita harus selalu waspada, bahkan dalam lingkungan terdekat sekalipun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI