Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemerdekaan bagi Tuan

18 Agustus 2022   00:28 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:21 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Upacara bendera di Daerah Aliran Sungai Cileueur, Lingkungan Janggala, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (17/8/2020). (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)

Pertambangan merajalela. Tanah-tanah digerus oleh alat-alat berat yang canggih. Hutan dibabat habis, gundul di mana-mana. Menciptakan abrasi, memengaruhi udara, darat hingga laut. Banjir, longsor, pencemaran udara, air menjadi sederet masalah yang menjadi keseriusan semua pihak. Kita mengurus hal-hal berefek dan membiarkan asalnya terus disakiti.

Konflik lahan tak luput mengikuti. Pecah di mana-mana. Namun apa daya kekuatan bukan milik orang-orang atau masyarakat karena semua punya negara. Bisa diberikan kepada siapapun untuk mengolah. 

Sudah begitu, hasilnya hanya persenan kecil buat negara. Sisanya, lari keluar, ke kantong-kantong pemodal atau ke bank-bank luar. Persenan yang dibanggakan lagi-lagi sebagai agregat penguat pertumbuhan ekonomi.

Apakah pemerintah, pihak-pihak tidak tahu itu? Mereka tahu namun sekali lagi, tak ada obat pasti dari mana harus memulai. Pikir-pikirku, mungkin akibat penguasa kita selalu bisa disediakan sarapan oleh pengusaha; pemodal.

Tuan-tuan pemodal rupanya terlalu berkuasa. Pikirku kemerdekaan akan menghapus kesewenangan tuan-tuan. Ternyata tidak. Justru memperkuat posisi tersebut. Aku skeptis, jangan-jangan kemerdekaan ini rupanya untuk mereka dan bukan untuk rakyat.

Coba kalian hitung, seberapa banyak orang kaya paling paling kaya di Indonesia? Tak bisa menjawab? Hanya sedikit dan setiap tahun hanya mereka yang berlomba dalam peringkat menjadi orang terkaya. Seperti memburu peringkat di sekolah. Itu-itu saja. Aku tak ingin membahas lebih.

Cukuplah sudah aku bercerita. Aku cukupkan sampai di sini. Moga-moga, kedepan jika kalian menjadi penguasa janganlah takluk pada yang punya kekuasaan, punya duit yang membikin kehancuran pada negeri.

Kita harus merdeka mendesain. Merdeka mensejaterahkan rakyat, merdeka melindungi. Seperti aku yakin, kemiskinan tak bisa diberantas karena sudah mengakar, tapi tidak bisakah miskin bisa sarapan roti tiap hari? Dan bukan mengais koin satu demi satu untuk makan. Atau mengikat perut semalam dua marlam karena tak makan.

Cukuplah. Ini tanggung jawab kita semua. Dan ini hanya pemikiranku. Kalian boleh ambil mana baiknya. Buah buruknya. Sebagai penghuni bangsa dan negeri yang merdeka, penjajahan belum usai, seperti kata Bung Karno.

*

Ia mengakhiri ceritanya ketika matahari sudah memuncak dan hembusan angin pantai tak lagi menyegarkan. Petanda mereka ikut geram atas kebiadan, kesoktahuan obrolan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun