Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemerdekaan bagi Tuan

18 Agustus 2022   00:28 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:21 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Upacara bendera di Daerah Aliran Sungai Cileueur, Lingkungan Janggala, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (17/8/2020). (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)

Aku berulang kali melewati jalanan tol yang menghubungkan Pulau Jawa. Jalanan yang memberikan ku sebuah pandangan atas pekerjaan rumah buah kemerdekaan.

Di sepanjang itu, terhampar luas dan sangat luas daratan produktif yang ditanami berbagai macam komoditi pertanian. Kiri-kanan, terhampar hijau padi-padi yang tumbuh. Kemudian terhampar juga padi-padi yang menguning.

Luasan lahan tak mampu diukur sejauh mata memandang. Jika aku berdiri di ujung satunya, maka tak akan ku kenali siapa yang berada diujung satunya. Satu-satunya yang bisa kulihat adalah sosok orang yang nampak kecil dari kejauhan.

Aku juga tak bisa menduga-duga, seberapa besar luasan lahan-lahan ini walau data-data luasan lahan banyak dikeluarkan oleh pemerintah. Padi mengisi hasta demi hasta lahan-lahan ini. Bahkan dipinggir rumah petani sekalipun. 

Namun aku menyadari sebuah kondisi, kenapa kita tidak merdeka dalam pangan. Kenapa pula beras-beras harus diimpor per tahun dari Thailand dan negara lain untuk mencukupi kebutuhan dan ketahanan pangan kita?

Aku mengkaji dan menyadari begitu rumit persoalan pertanian kita. Produktivitas, efisiensi, regenerasi petani, tanah yang sakit, pertanian presisi, penerapan teknologi, kelembagaan, permodalan hingga sampai kepada kesejateraan petani yang jauh dibawa standar. 

Bahasa ilmiah akademis itu menjadi sarang persoalan yang tak ada habisnya. Petani misalnya, bekerja untuk ladang milik tuan-tuan pemilik. Mirip seperti sebelum kemerdekaan. 

Hamparan luas lahan ini juga aku temukan beralih fungsi. Aku sering melihat, sawah digaruk alat berat untuk pembangunan pabrik, jalanan hingga kepentingan pemodal yang ambisisus merealisaikan rencananya. 

Ada banyak konflik yang melibatkan hak dan kewajiban pemilik, petani yang tercuri. Kalah mempertahankan miliknya dan merelakan jatuh ke tangan tuan-tuan besar.

Tebu-tebu juga tertanami dengan banyak. Aku melihat itu, hampir-hampir tidak pernah kulihat tebu sebanyak ini dalam hidup.

Namun perkara banyak menjurus pada kenapa kita selalu kalah pada produknya yang selalu kita impor. Impor-impor yang banyak juga memakan korban akibat korupsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun