Di balik meja kopi pinggir jalan, ada semangat dua anak muda yang menjadikan secangkir espresso sebagai jembatan untuk bertemu orang baru, belajar hidup, dan merawat mimpi. Inilah kisah Freeday.co.
Dalam dunia yang serba cepat, kadang kita lupa berhenti sejenak. Padahal, istirahat tak selalu soal tidur bisa juga duduk di pinggir jalan, menyesap segelas kopi, dan menukar senyum dengan orang asing. Itulah suasana yang coba dihadirkan oleh Freeday.co, sebuah usaha kopi jalanan yang dirintis oleh dua pemuda: M. Nur Makmun dan Muhammad Zamzami.
Freeday.co bukan sekadar bisnis. Ia adalah perwujudan semangat dua mahasiswa tingkat akhir yang memilih keluar dari zona nyaman. "Dulu kami kerja ikut orang, lama-lama capek juga. Ingin punya sesuatu yang kami kelola sendiri," ujar Makmun. Bersama Zamzami dan satu teman lainnya, Haikal, mereka memulai Freeday.co dengan konsep yang sederhana tapi berani jualan kopi di pinggir jalan.
Pilihan untuk berjualan secara mobile bukan semata-mata tren. "Modal kami terbatas. Jadi usaha street coffee yang paling memungkinkan," tambah Zamzami. Tapi justru dari keterbatasan itulah kreativitas mereka tumbuh.
Nama Freeday.co bukan sekadar permainan kata catchy. Ada filosofi menarik di baliknya. Zamzami menceritakan bahwa nama ini berasal dari inspirasi istilah "God Friday" atau Jumat Agung, hari istimewa dalam tradisi Kristiani. Dari situ, mereka memodifikasi menjadi Freeday hari bebas.
"Freeday itu kami artikan sebagai hari rehat, hari buat ngopi, hari buat bertemu orang baru. Sementara '.co' itu dari 'coffee'. Jadi bisa dibilang, ini tempat untuk merayakan waktu luang dengan kopi," jelas Makmun.
Nama itu mencerminkan visi mereka ingin menjadikan kopi bukan hanya minuman, tapi medium untuk beristirahat dan terkoneksi.
Meskipun tampil sederhana di pinggir jalan, Freeday.co tidak main-main soal menu. Mereka menyajikan beberapa pilihan minuman berbasis espresso yang cocok di lidah anak muda. Menu andalan mereka adalah Salted Caramel Coffee dan Japanese Ice Coffee dua minuman dingin yang manis dan menyegarkan.
"Paling sering dipuji itu es kopi susu. Katanya rasa manis dan kopinya pas," ujar Makmun sambil tertawa kecil. Selain minuman, mereka juga sesekali menyediakan mix platter atau camilan ringan untuk teman ngopi.
Soal bahan baku, mereka cukup selektif. "Kami pilih biji kopi yang cocok dengan resep dan kualitas pasar. Nggak harus mahal, yang penting rasanya konsisten dan bisa diterima," kata Zamzami. Konsistensi ini jadi prinsip utama mereka dalam menjaga loyalitas pelanggan.
Di era digital, promosi lewat media sosial adalah hal wajib. Freeday.co pun tak ketinggalan. Akun Instagram mereka digunakan sebagai etalase digital menampilkan foto produk, menu baru, lokasi mangkal, hingga testimoni pelanggan.