Mohon tunggu...
Novita Sari
Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif di dunia literasi, pergerakan dan pemberdayaan perempuan

@nys.novitasari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Kita Perlu Belajar Computational Thinking (CT)

24 Januari 2023   13:00 Diperbarui: 24 Januari 2023   13:04 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praktik mengajar PPG Prajabatan Universitas Jambi, Sumber: Novita Sari

Hari pendidikan internasional atau dikenal sebagai International Day of Education diperingati setiap tanggal 24 Januari setiap tahunnya. Di tahun 2023 ini mengusung tema To Invest in People, Prioritize Education yang berarti berinvestasi pada manusia, memperioritaskan pendidikan. Melalui tema ini juga mengingatkan kita bahwa pendidikan harus diprioritaskan untuk mempercepat kemajuan menuju pembangunan be rkelanjutan.

Meski faktanya pendidikan dijadikan prioritas layanan pokok, dengan alokasi anggaran sebesar 20% dari APBD sesuai amanat UUD 1945 pasal 31 ayat (4) dan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 49 ayat (1). Nyatanya laju peningkatan kualitas pendidikan kita masih terkesan lambat.

Di berbagai pemberitaan masih kita saksikan anak-anak berseragam sekolah yang menempuh perjalanan mengkhawatirkan melalui sungai, berjalan kaki berpuluh kilo meter, kekerasan seksual di sekolah, bullying, kesenjangan fasilitas pendidikan, hingga proses pembelajaran tradisional dengan menghafal dan tidak berpusat pada peserta didik.

Mengurai pendidikan dengan kurikulum merdeka

Diantara perbaikan yang sedang diupayakan pemerintah dalam bidang pendidikan adalah dengan menggalakkan kurikulum merdeka. Kurikulum ini dirancang sedemikian rupa dengan prinsip keberpihakan pada peserta didik, dengan guru sebagai fasilitator dan mengakomodir kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran.

Menjadikan siswa sebagai perwujudan projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) yang mengedepankan sikap beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong-royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis yang selanjutnya juga merupakan tujuan dari kurikulum ini.

Tentu, konsep kurikulum yang ideal pasti juga harus didukung dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta berbagai macam instrumen yang mampu melengkapi hal itu agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dari keseluruhan itu sebagai seorang mahasiswa program profesi guru (PPG) prajabatan gelombang pertama yang sedang menempuh pendidikan setidaknya ada satu hal yang paling saya highlight dalam dunia pendidikan. Hal itu dinamakan mindset atau pola pikir.

Dulu selama di sekolah, kita diarahkan untuk mengerjakan tugas sekolah sesuai rumus yang diajarkan tanpa mementingkan bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut dengan cara yang paling efektif. Padahal, pikiranlah pusat dari apa yang kita lakukan, sehingga melatih berpikir sudah seharusnya diajarkan sejak lama di sekolah, inilah yang dalam kurikulum merdeka dinamakan computational thinking (CT) atau pemikiran komputasi.

Mengenal CT dan Penggunaannya

Di kurikulum merdeka, siswa memang tidak akan mendapat mata pelajaran CT di sekolah. Akan tetapi CT dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran. CT merupakan proses berpikir dalam memformulasikan persoalan dan berstrategi dalam menentukan atau memilih solusi yang efektif, efisien, dan optimal untuk dikerjakan.

Dalam mempelajari CT, ada 4 fondasi yang perlu  kita ketahui, pertama dekomposisi yang berarti pembagian persoalan ke dalam beberapa sub-persoalan yang lebih kecil, selanjutnya pengenalan pola yaitu pengamatan atau analisis terhadap berbagai kesamaan yang ada di antara persoalan-persoalan, lalu abstraksi meliputi proses eliminasi bagian-bagian yang tidak relevan dari suatu persoalan, serta algoritma yang artinya langkah-langkah terurut untuk menyelesaikan suatu persoalan. Dengan kata lain, CT merupakan cara pikir untuk menyelesaikan masalah yang rumit menjadi sesuatu yang mudah dan kongkret.

Selain dalam mata pelajaran, CT juga dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai manusia kita biasanya tidak terlepas dari masalah, dalam kondisi tertentu akibat beban pikiran dari masalah yang ada, hal ini tidak jarang mengantar seseorang mengambil langkah pendek hingga sampai mengakhiri hidup, keterampilan berpikir sudah semestinya menjadi bekal untuk setiap orang agar mampu mengambil solusi dari tiap permasalahan yang ia hadapi tidak terkecuali untuk mereka yang sedang menempuh pendidikan.

Dr. Inggriani Liem dalam podcast bebras Indonesia pernah memberikan contoh penerapan CT dalam kehidupan sehari-hari. Misal, ketika kita lapar dan ingin membuat nasi goreng, tentu hasil yang ingin kita dapatkan adalah nasi goreng bukan bubur ayam. 

Maka kita memulai pembuatan nasi goreng dengan memilih bahan untuk membuat nasi goreng (abstraksi), lalu memulai langkah pembuatannya (algoritma), lalu menjalankan proses memasak dengan membagikannya menjadi proses persiapan, memasak, dan menyajikan (dekomposisi), serta mencicipi rasa dan membandingkannya dengan  nasi goreng yang pernah kita makan sebelumnya, apabila masih ada bagian yang kurang akan kita tambah atau lengkapi (pengenalan pola) sehingga ketika kita akan memasak nasi goreng lagi, kita sudah tahu tahapan dan langkah-langkahnya.

Sedangkan di dalam mata pelajaran, misalnya pelajaran bahasa Indonesia pada materi cerita fantasi, dapat dilakukan dengan memilih cerita fantasi yang sesuai dengan geografi dan kebutuhan siswa (abstraksi), lalu mengajak siswa menjalankan langkah-langkah mengenal sebuah cerita fantasi (algoritma), membagi siswa menjadi kelompok untuk menentukan unsur intrinsik cerita fantasi (dekomposisi), serta membandingkan kerja kelompok dengan kelompok lain melalui presentasi dan memberikan kritik serta saran (pengenalan pola). Sehingga dengan demikian, siswa secara tidak langsung telah diajarkan mengintergrasikan CT dalam mata pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun