Tapi setelah itu. Jumaidi berguman di dalam hati, "maaf Nur, tapi aku tak bisa hidup dengan fakta itu,"
Angin tiba-tiba bertiup membawa aroma gurih kangkung tumis dan ikan goreng dari dalam rumah, membuat perut Jumaidi bergemuruh. Nur terkekeh, kemudian mengajaknya masuk ke dalam dan menyuruhnya mandi terlebih dulu sebelum duduk berkumpul di meja makan bersama anak-anaknya.
Di malam itu, muncul kebahagiaan yang tidak pernah Nur rasakan sebelumnya. Sesuatu yang membuatnya tersenyum-senyum di dalam hati, ketika ia tahu suaminya tidak membencinya karena mencari duit dengan melacur. Hal itu yang membuat Nur gelisah sepanjang hidupnya selama ini.
Kejadian itu pun membuatnya berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Meskipun ia tidak tahu perihal apa yang sudah menimpa suaminya. Nur tidak peduli. Kebingungan yang bermunculan di kepala, di tepisnya berulang kali. Nur merasa lebih baik tidak bertanya dan menunggu sampai Jumaidi mau menceritakannya.
Di meja makan, Nur beserta anak-anaknya sedari tadi menunggu suami dan ayah mereka yang tidak keluar-keluar dari kamar mandi. Makanan sudah tersaji. Anak-anak tampak beberapa kali menelan ludah menatap kepulan asap dan aromanya yang begitu menggoda. Tapi Nur memaksa mereka untuk menunggu.
Hingga akhirnya, anak keempat mulai rewel kelaparan. Terpaksa Nur meminta si sulung untuk memanggil ayahnya. Dan ketika ia membuka pintu kamar mandi, yang ternyata tidak dikunci, ia malah menemukan ayahnya sudah terlilit tali ember di dalam sumur.
Sontak si sulung berteriak dan membuat seisi rumah histeris. Tapi si bungsu yang bijaksana, tetap terlelap tenang di antara ingar-bingar keluarga itu.[]
Banda Aceh, 2020