Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terdampar di Pulau Rakata

1 April 2023   12:41 Diperbarui: 1 April 2023   13:12 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wanita itu meringkuk di sudut geladak kapal. Sambil merapatkan jaketnya, dia menautkan lutut pada perut dengan melingkarkan tangannya seraya membenamkan kepala begitu dalam. Di sela jari tengahnya terselip sebatang rokok yang asapnya masih mengepul. Bahunya berguncang. Terdengar isak tangis di antara bunyi mesin kapal nelayan yang ia tumpangi. Sesekali dia mengangkat kepalanya untuk menyesap batang rokok hingga bara di ujung tembakau itu merah menyala. Setelah itu dari mulutnya keluar bulatan asap yang dimainkan dengan sengaja sambil mengingat apa yang dialaminya beberapa bulan lalu di media sosial.

"Paling juga halu lagi. Liat aja undangannya. Dia kayak ngedesain sendiri, trus di-upload, deh," tulis salah seorang komentator di media sosial ketika wanita itu menyebar undangan pernikahan.

"Lagi? Yang kemarin juga baru cere, kan? Itu juga kalau emang bener dia nikah." 

Satu komentar yang menurutnya tidak berperasaan. Bukan satu, melainkan dua. Bukan! Dia merasa ratusan komentar negatif itu sengaja menghakiminya. Komentar itu bagaikan suara-suara yang diucapkan langsung di lubang telinganya. Menghujat dan menjustifikasi seolah dia adalah pendosa.

"Berisiiik!" lengkingnya di tengah raungan mesin kapal. Nadanya merintih panjang. Terdengar frustrasi.

Suara-suara itu memprovokasinya untuk bersikap impulsif. Tiba-tiba dia seperti tidak percaya diri. Ada rasa takut, cemas, juga rasa selalu sendirian.

"Alhamdulillah, Bunga. Selamat, ya. Aku senang dengan berita ini. Semoga kamu bahagia."

Salah satu komentar positif dia temukan berada paling bawah. Namun, bukannya tersenyum, wanita itu malah merasa terhina. Dia menganggap orang itu tengah mengejeknya.

Nyatanya, lelaki itu telah pergi sebelum menyelesaikan akadnya. Calon suaminya keburu mengetahui sepak terjangnya di media sosial sebagai penderita bipolar akut. Ada yang bilang wanita itu adalah sang psikopat karena pandai berdusta.

Dia pun beranjak mengambil pisau, meraih ponsel, dan mengutak-atik pengaturan kamera agar bisa memotret otomatis hingga lima detik, Kemudian menempelkan pisau di pergelangan nadi. Cekrek! 

Dalam hitungan detik, foto tersebut terunggah di media sosial. Berbagai komentar berdatangan. Ada yang memprovokasinya untuk bunuh diri. Ada yang menceramahinya. Ada yang malah memakinya. Bahkan ada juga yang ramai menawarkan berbagai macam dagangan di kolom komentar. Tiga puluh menit setelah itu, ribuan komentar pedas dan tak jelas telah menghiasi beranda media sosialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun