Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terdampar di Pulau Rakata

1 April 2023   12:41 Diperbarui: 1 April 2023   13:12 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Saya mencoba terapi diri dengan mendaki beberapa gunung di Indonesia. Tapi yang paling sering adalah gunung ini karena dekat dengan tempat tinggal saya di Pulau Sibesi."

Bunga mendengarkan dengan saksama. Wanita itu juga bercerita tentang pribadinya. Selama mengenal pria, baru kali ini Bunga berani bercerita apa adanya. Tidak berdusta atau mengarang cerita. Dari perkenalan singkat itu, Bunga merasa Farhan akan cocok menjadi pendamping hidupnya. Memiliki penyakit yang sama membuat mereka bisa saling mendukung satu sama lain. Apalagi Farhan sangat pandai bertahan dari rengekan mentalnya yang terganggu.

Akhirnya Bunga menemukan sosok yang mengerti kondisi hatinya. Bunga juga memberanikan diri mengundang Farhan datang ke rumah orang tuanya di Kotabumi. Tak disangka, Farhan bersedia. Bunga merasa sangat bahagia. Kali ini dia tidak berhalusinasi. Jodoh itu benar-benar datang untuknya.

"Sebentar lagi siang. Sebaiknya Bunga pulang ke rumah. Mumpung ada kapal yang lagi bersandar. Bunga bisa ikut menumpang agar bisa kembali ke seberang."

Wanita itu merasa tersanjung dengan cara Farhan memanggil namanya.

"Mas Farhan mengusir saya?"

"Oh, bukan. Hanya ingin mengingatkan kalau orang jahat itu ada di mana-mana."

Bunga tertegun. Kapal nelayan yang bersedia ditumpangi warga, tidak banyak. Jika tidak ada lagi kapal nelayan, Bunga harus membayar tiga juta untuk naik kapal menuju seberang. Akhirnya dia memutuskan untuk naik kapal ditemani Farhan.

Di atas geladak, angin menerpa wajahnya di antara ombak yang menabrak baling-baling kapal. Tercium lembut aroma parfum yang belum pernah dia hirup sebelumnya. Setelah itu, dalam beberapa detik Bunga tertidur lelap. Sangat lelap.

Kapal pun memutar haluan mendatangi pulau kecil tak jauh dari Rakata. Di sana, Farhan dan kawanannya membawa Bunga yang tak sadarkan diri, masuk ke sebuah rumah kosong berukuran kecil yang tertutup semak belukar.

Di sana sudah ada beberapa orang berpakaian hijau tua dan bermasker putih serta berpenutup kepala. Dua buah ranjang pasien berjajar rapi terpisah oleh nakas yang di atasnya tergeletak beberapa peralatan seperti gunting dan pisau bedah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun