Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutitip Kejora di Tepi Fajar

26 Februari 2023   06:33 Diperbarui: 26 Februari 2023   06:48 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Miranti tak sanggup berkata apa-apa lagi. Air matanya tumpah.

"Ssst .... Sudah, Nak, sudah. Jangan bicara apa-apa lagi ya, sayang?" Miranti terguguk menutup bibir Lana dengan telunjuknya.

Setelah mengatakan mimpinya, Lana terdiam. Matanya memejam dan badannya mulai menggigil. Semakin lama semakin dingin dan kencang.

Miranti berteriak memanggil suster yang segera berdatangan dan lantas membawanya kembali ke ruangan khusus.

"Pak, cepat ke sini. Lana kritis lagi. Tubuhnya pucat dan tidak bergerak sama sekali, menggigil terus menerus, Pak." Suara Miranti panik lewat handphone jadul itu.

Rinto tergesa membangunkan Doni dan segera mengajaknya ke rumah sakit.

Miranti berlari hilir mudik. Berkali dia mencoba memasuki pintu ruang tindakan tapi pintu itu terkunci. Oleh gembok raksasa yang sangat besar. Dinding-dinding di kanan kirinya pun tiba-tiba meninggi. Dengan batako yang berganti batuan kali yang kokoh.

Dia menggedor-gedor pintu itu. Berulang-ulang sambil meneriakkan nama anaknya.

"Lana ... Lana ...."

Dipandanginya sang anak lewat gorden jendela yang sedikit tersibak. Sang anak tiba-tiba duduk lalu tersenyum. Senyum yang manis sekali. Hangat. Seperti matahari yang baru saja bangun dari peraduan malam. Yang baru terbit dari ufuk timur.

Lalu sedikit demi sedikit semakin melebarkan senyumnya. Bagai matahari yang semakin naik menunjukkan cahaya dengan bulat penuh. Lana melambaikan tangannya. Bibirnya terus tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun