Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kebaikan di Tepi Jalan

9 September 2024   19:18 Diperbarui: 9 September 2024   19:21 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KEBAIKAN DI TEPI JALAN

Fatima memandangi dapurnya yang sederhana. Tak ada yang istimewa di sana - beberapa panci bekas, kompor minyak tua, dan rak kayu tempat menyimpan piring-piring usang. Hidupnya serba pas-pasan, serba cukup saat dibutuhkan. Di rumah kecilnya, ia tak pernah memiliki lebih dari yang ia perlukan, tapi entah bagaimana, ia selalu bertahan.

Di hari itu, seperti biasa, Fatima sedang menyiapkan bubur untuk pria tua yang tinggal di samping rumahnya. Namanya Pak Hasan. Sudah bertahun-tahun ia sakit-sakitan, dan tak ada satu pun keluarga yang peduli padanya. Maka, Fatima, dengan segala keterbatasannya, merawatnya seolah ia adalah ayahnya sendiri.

Tiba-tiba terdengar suara motor tua di depan rumah. Suaranya memekakkan telinga dan penuh batuk-batuk, hingga akhirnya mati total. Fatima mengintip dari jendela, dan di luar sana, seorang perempuan yang tidak ia kenal tengah berusaha menyalakan kembali motornya.

Dengan sigap, Fatima membuka pintu dan melangkah keluar.

"Assalamu'alaikum, Bu," sapanya, mendekati perempuan itu yang tampak bingung dan frustrasi.

"Wa'alaikumussalam, Bu," jawab perempuan itu, sambil menyeka keringat di dahinya. "Motor saya mogok, dan saya harus segera ke kota. Saya bingung harus bagaimana."

Fatima melihat perempuan itu, sebut saja Pulung, tampak kelelahan. Ia menghela napas dalam-dalam, mengingat betapa sulitnya hidup bagi siapa pun yang terjebak di tengah masalah tanpa solusi. Tanpa banyak berpikir, Fatima menawarkan bantuan.

"Kalau begitu, pakai saja motor saya, Bu. Motor saya ada di belakang rumah, mungkin bisa membantu Anda sampai ke kota."

Pulung terkejut mendengar tawaran itu. "Aduh, Bu, saya baru kenal Ibu. Mana mungkin saya meminjam motor Ibu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun