Karina meneguk air mineral sebelum menjawab pertanyaan itu.
"Karena komputer benda mati. Kalau dia benda hidup pasti bilang entar-entar melulu seperti saya, yang selalu bilang nanti aja, kalau kamu ajak jalan atau ke kantin. Ya kan?"
 Laki-laki itu tertawa.
"Pe-de banget, Mbak," ledeknya. Yang benar, kalau tulisannya 'entar', nanti programnya nggak jalan-jalan, dong."Â
Karina tertawa gemas, pingin rasanya mencubit lengan Angga, kalau tak ingat statusnya.Â
Yumna yang melihat dari jauh tampak tersenyum. Ia membiarkan keduanya untuk  bisa saling dekat. Ia juga berdoa dalam hati agar sang kakak bisa menerima Angga dan segera melupakan Irvan.
Sepasang mata lain dari balik ruang manajer memperhatikan keduanya. Â Sebuah ruang di sudut hati pria itu berkerenyit sakit. Baru saja ia hendak mengajak Karina makan siang di luar. Apakah ia cemburu? Rasanya ya. Ia merasakan cemburu yang luar biasa.
Siapa lelaki dari balik ruang manajer itu?