Mohon tunggu...
nurfadhilah rauf
nurfadhilah rauf Mohon Tunggu... Dosen, Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Pendidikan

Licensed Promotor STIFIn Family

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pilot, Ground Crew, dan Drama di Kampus

14 September 2025   06:18 Diperbarui: 14 September 2025   06:18 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Diskusi Riset Khitan Perempuan MPKU PP Muhammadiyah

Pilot, Ground Crew, dan Drama di Kampus: Catatan buat Intuiting ekstrovert
Bayangkan sebuah fakultas dipimpin oleh seorang yang energik, penuh ide, dan gampang banget nyambung dengan siapa pun. Tipe pemimpin ini cepat nangkep peluang, jago melempar visi, dan bikin orang lain optimis akan masa depan.Masalahnya? Tidak semua orang langsung bisa "ngeh" dengan gaya kepemimpinan seperti itu.
Staf kependidikan yang terbiasa kerja runtut dan detail bisa geleng-geleng kepala: "Pak/Bu Dekan ngomongnya semangat sih, tapi to-do list besok apa?"
Sementara sebagian dosen kadang nyeletuk: "Ah, itu mah cuma wacana, lewat aja."

Pilot vs Ground Crew
Bayangkan dunia penerbangan.
Pemimpin visioner ini ibarat pilot: piawai menentukan arah terbang, cepat ambil keputusan, dan bikin penumpang merasa aman dengan pengumuman yang penuh percaya diri.
Tapi ada ground crew di bawah (staf kependidikan) yang harus memastikan ban aman, bahan bakar cukup, bagasi tertata. Kalau pilot sering improvisasi tanpa koordinasi, ya wajar ground crew ngomel.
Belum lagi ada instruktur dan co-pilot (para dosen senior) yang merasa lebih paham pengalaman terbang. Kadang mereka menilai gaya pilot muda ini terlalu "ngawang".
Nah, di sinilah drama kampus itu muncul.

Kenapa Sering Diremehkan?
1. Bahasa visi vs bahasa teknis
Pimpinan visioner ngomongnya: "Fakultas kita 5 tahun lagi jadi pusat rujukan nasional!"
Tapi staf maunya jelas: "Besok jam 10 saya ngurus berkas apa?"
2. Terlalu fleksibel
Fleksibilitas memang seru, tapi buat orang yang tipe prosedural, ini bikin kesan kurang konsisten.
3. Gap ekspektasi
Dosen senior yang terbiasa pola konservatif bisa menganggap visi besar itu sekadar "mimpi anak muda".

Jalan Tengah untuk Si Pilot
1. Punya co-pilot andalan
Cari orang teliti yang bisa nerjemahin visi besar jadi action plan harian. Pilot butuh checklist, bukan cuma kompas.
2. Tunjukkan bukti kecil
Daripada langsung teriak "internasionalisasi!", mulai dari hal sederhana---misalnya bikin program kelas bahasa asing internal. Orang percaya kalau ada bukti nyata.
3. Libatkan ground crew
Ajak staf merasa bagian dari misi, bukan sekadar pelaksana. Contoh: saat digitalisasi arsip, sertakan mereka dalam perencanaan.
4. Manfaatkan charisma
Bikin forum santai---ngopi bareng dosen, ngobrol ringan dengan staf. Kadang resistensi cair lewat suasana akrab, bukan lewat memo resmi.

Tugas besarnya bukan menurunkan mimpi, tapi menjembatani langit dan bumi:
Langit = ide besar dan visi masa depan.
Bumi = detail teknis dan realitas harian.
Kalau dua-duanya selaras, drama kampus bisa berubah jadi harmoni. Dan fakultas pun siap terbang lebih tinggi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun