3. Minyak goreng yang dipakai berulang kali, pembentuk senyawa berbahaya
Menggoreng berulang kali untuk menghemat biaya adalah kebiasaan umum di banyak rumah tangga.Â
Penelitian laboratorium dan tinjauan menunjukkan bahwa pemanasan ulang minyak menciptakan produk oksidasi dan aldehida yang potensial toksik, serta pembentukan lemak trans. Semuanya berisiko bagi kesehatan kardiometabolik bila dikonsumsi lama-lama.Â
4. Porsi besar dan pola makan "boleh banyak karena buatan sendiri"
Karena makanan dibuat sendiri, orangtua kadang memberi porsi lebih besar atau sering menambah porsi tanpa menghitung kebutuhan energi anak.Â
Kebiasaan ini, bila dipadukan dengan makanan tinggi gula/lemak, mendorong obesitas; faktor risiko utama resistensi insulin dan diabetes tipe 2 pada usia muda. Tren global menunjukkan peningkatan kasus diabetes pada anak dan remaja selama dekade terakhir.Â
5. Sayur dan lauk minim variasi, Â kekurangan mikronutrien penting
Menu "itu-itu saja" (mis. hanya nasi, tempe, terong goreng) cenderung rendah serat, vitamin, dan mineral penting. Kurangnya variasi mengurangi asupan serat yang membantu rasa kenyang dan kesehatan mikrobiota usus, faktor yang terkait dengan risiko obesitas dan metabolik.Â
Memperbanyak sayur berwarna dan sumber protein berpola baik penting untuk keseimbangan gizi.
6. Camilan "buatan rumah" tidak otomatis aman
Donat rumahan, kue basah, keripik, atau kue goreng yang dibuat di rumah tetap bisa sangat tinggi gula, garam, dan lemak jenuh; tanpa label nutrisi yang memaksa kontrol porsi.Â