Sang lelaki memohon kepada waktu yang terus berlalu. Tahu-tahu ini sudah kembali tahun baru.
Begini permohonannya: duhai waktu bisakah kau berhenti sejenak di waktu yang dulu. Waktu ketika semua lembaran hidupku masih bersih dan tak ternoda oleh sesuatu. Supaya kemudian aku bisa mulai menulis dengan tinta emas pada lembaran itu. Terlalu banyak kubuang waktu hanya untuk memenuhi godaan permainan yang tak mutu hingga lupa tugas dan kewajibanku.
Tapi sang waktu bukanlah manusia yang bisa dinegosiasi untuk berhenti barang sedetik dan ia terus berlalu. Dan sang lelakipun hanya bisa termangu.
Namun, sang lelaki akhirnya bertekad melupakan masa lalu untuk kembali ke masa kini guna masa depan yang lebih maju.