Anak membentuk kepribadian dari pembiasaan. Mereka melihat dan mengobservasi lingkungan, lalu mengambil kesimpulan. Disiplin waktu tidak datang dengan sendirinya melainkan dari kebiasaan harian dalam rumah.
Istilah 'ngaret' seringkali dikaitkan dengan budaya orang Indonesia. Sebagian besar acara penting mudah diundur hanya karena pembicara belum tiba di tempat.Â
Jika kita menelusuri lebih lanjut, pembiasaan dalam keluarga adalah titik awal bergesernya waktu. Kebiasaan bangun tidur telat dan menunda-nunda pekerjaan adalah indikator lemahnya disiplin waktu dalam rumah.
Diawali dengan kebiasaan orang tua yang tidak baik, anak melihat dan mengikuti pola yang sama. Padahal, disiplin waktu sangatlah penting diterapkan sejak anak masih kecil.
Kebiasaan simpel seperti tidur lebih awal dan bangun di jam yang sama sejatinya adalah pola disiplin waktu. Dengan ritme yang sama, anak dapat belajar menghargai waktu dan mampu memahami nilai tukar dari waktu.
Sesekali, coba perhatikan bagaimana pembiasaan anak dalam keluarga. Misalnya, adakah orang tua memberi jatah waktu kepada anak untuk bermain, istirahat dan belajar?
Kelihatannya memang sederhana dan tidak memberi dampak besar. Padahal, disiplin waktu sejak kecil membentuk kepribadiaan anak ketika dewasa.Â
Kenapa ini penting?
Jika anak tidak belajar tentang manfaat waktu, tentu mereka sulit menghargai waktu. Hari-hari terlewati tanpa sesuatu yang berarti karena pembiasaan yang tidak baik.
Sebagai contoh, anak-anak yang terbiasa tidur cepat, mereka lebih mudah terbangun lebih awal untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat esok hari.
Namun, ketika mereka terbiasa menonton TV, main smarthphone, atau lalai dengan permainan sampai larut malam, energi mereka terbuang dan jam tidur tidak terbentuk.