Sang lelaki di tengah ketuaannya merasa meyesal atas apa yang dilakukannya
Sang lelaki hingga usianya senja masih teringat akan cinta ibunya yang sederhana tetapi sempurna
Kepada para muridnya sang lelaki bijak memberi nasehat tentang hidup yang berguna
Sang lelaki saleh yang aneh itu selalu berjalan dengan tangan kiri di belakang punggungnya
Kali ini di tengah siang bolong sang lelaki tertidur dan kembali bermimpi tak biasa
Pada suatu mimpi sang lelaki membanggakan darahnya yang biru pada malaikat penjaga pintu surga
Aliksah sang lelaki kembali bermimpi kali ini tentang keinginannya masuk surga
Suatu hari sang lelaki bermimpi akan masuk ke suatu gua
Sang lelaki turun dari kereta. Ia datang dari Jakarta hendak pulang ke desa
Sang gadis menangisi kepergian lelaki sejati. Ia sangat mencintai sang lelaki sejati
Di sebuah stasiun kereta api di Kota Semarang ada sebuah bangku di pojok peron yang tak pernah diduduki oleh para calon penumpang.
Lelaki itu seperti dimahkotai duri. Ia dipuja dan disanjung sang gadis yang ia cintai
Sang lelaki telah kehilangan gairah hidupnya. Ia sudah tua renta di ujung usianya
Sang lelaki sangat gelisah setiap harinya. Ia bagaikan domba di tengah-tengah serigala
Kali ini sang lelaki memberi nasehat kepada para muridnya yang bertentangan dengan arus dunia
Sang lelaki memberikan nasehat di depan para muridnya
Sang lelaki kembali bermimpi di malam yang dingin sekali
Sang lelaki tertidur lelap dan bermimpi. Ia bermimpi dihadapkan pada pengadilan Illahi
Apa tobat yang sesungguhnya? Demikian tanya yang selalu menganggu sang lelaki di sudut hatinya
Akhirnya sang lelaki memuruskan untuk kemabli ke kota masa lalu