Sang lelaki justru menjadi makin gelisah ketika natal kian dekat waktunya.
Tak seperti yang lainnya.Natal yang seharusnya dirayakan dengan gembira namun bagi sang lelaki justru mendatangkan kecemasan yang kian berat intensitasnya.
Ia merasa tak pantas menyambut natal itu karena beban dosa yang justru kian terakumulasi menjelang masa tuanya. Dosa yang terpaksa karena jika ia tak melakukannya akan tersingkirlah ia dari pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Juga karena sudah terlanjur dengan kekasihnya untuk mencukupi segala kebutuhan mereka jika berumahtangga.
Memang ada kesempatan mengaku dosa jika natal akan tiba. Tapi baginya itu hanya formalitasnya dan hanya di bibir saja. Sebab kelakuannya tak berubah juga setelahnya.
Tapi - pikir sang lelaki- tak ada kata tobat yang terlambat waktunya. Mungkin natal ini ia akan benar-benar meninggalkan dunia hitam pekerjaannya. Lebih baik miskin tetapi suci tanpa dosa daripada kaya tetapi masuk ke neraka.Â