Jika sang lelaki bisa memilih sendiri, tentulah ia memilih sebagai sesuatu yang abadi.
Ia tak akan memilih menjadi daun sebab akan layu, kering dan mati.
Ia tak akan memilih pula menjadi kelopak bunga yang juga suatu waktu akan jatuh ke tanah dan tiada lagi.
Ia tak mau juga menjadi embun yang muncul di pagi hari tapi hanya sekejap menghilang tiada arti dengan terbitnya mentari.
Sang lelaki ingin menjadi batu karang di pantai sunyi. Yang kukuh berdiri meski asin air laut dan ombak menerjangnya tak kunjung henti.
Ia juga igin seperti matahari yang rajin secara teratur menyinari bumi.
Namun lelaki juga sepenuhnya menyadari. Tak bisa semua imaji bahwa ia akan menjadi abadi akan terturuti.  Waktu tetap akan membatasi. Suatu saat hidupnya akan berhenti, namun memang jiwanya akan abadi. Maka ia terus mengisi hari-hari dengan sesuatu yang berarti yaitu menolong sesama yang membutuhkan  dan berdoa kepada Tuhan untuk mendampingi.
Mudah-mudahan itu menolongnya untuk hidup abadi di surga yang menanti.