Di rumahnya yang reot dan tua  lelaki itu mencoba menulis Surat kepada Sang Walikota.
Karena tak pandai merangkai kata, ditulisnya begini:
Yang terhormat bapak walikota. Pemilukada kami semua memilih anda. Banyak harap kepada anda supaya kami lebih sejahtera..
Tapi sampai kini sedikit realisasinya. Rumah kami jika hujan dan rob masih tergenangi meski katanya ada pompanisasi. Kami kan bukan binatang amfibi.
Juga kami masih saja sulit mendapat beras yang layak kami makan meski beras miskin kini sudah berganti nama jadi  beras sejahtera. Kami kan bukan kaum omnivora yang bisa makan segala
Dulu kami masih bisa cari rejeki di tempat-tempat wisata di kota tua dengan berbagai cara. Tapi kini juga bapak tutup berbagai tempat wisata sumber nyawa bagi kami semua. Kami kan bukan unta atau ular yang bisa bertapa
Lalu diakhirinya surat itu dengan kata-kata: surat ini bukan apa-apa pak walikota. Bukan untuk menjatuhkan anda karena kami tak punya kuasa. Kami hanya mengingatkan janji-janji anda saat Pilkada.