Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fatamorgana (1) #7

18 September 2018   09:28 Diperbarui: 18 September 2018   09:31 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menggeleng bingung. "Petugas-petugas di lokasi kejadian, hanya mengatakan satu orang menjadi korban dalam penggusuran. Saya hanya terpikir untuk segera meminta maaf pada keluarganya, sebelum terjadi keributan besar dan memakan lebih banyak nyawa. Saya mengetahui wajah kamu lewat foto."

Neira diam saja, menunduk. Aku mengganti pertanyaan, "Hmm... kalau boleh tahu, siapa nama ayah kamu? Saya ingin meminta maaf secara terbuka sebelum mengakhiri semua urusan pemerintahan."

Usai mengatakan itu, ada batu besar yang terangkat dari dalam pikiranku. Keputusan besar untuk berhenti, akan segera menjadi konsumsi wartawan. Aku butuh melepaskan tangan dari kemudi sebelum terjadi lebih banyak kerusakan.

"Adrian."

"Nama ayah kamu Adrian? Baiklah. Adrian saja?"

"Adrian ... Gautama. Semua orang memanggilnya Gau," jawabnya lirih, tapi menghunus.

Batu yang lebih besar seperti dihantamkan ke kepalaku. Pipiku panas. Ribuan semut menyerang sendi-sendi tulang. Kudengar alam kabir tertawa puas. Seolah belum cukup menjadi bulan-bulanan realita, Neira mengatakan hal yang lebih nelangsa.

"Ayah masih terkubur di halaman rumah Bapak. Orang-orang yang datang ke rumah mengatakan akan terjadi kericuhan kalau Ayah dikeluarkan dari sana."

Mendadak, bahasa dan aksara bertebaran keluar, tercecer tanpa bisa kurangkai. Diam oleh kekacauan pikiran menjadi satu-satunya pilihan yang kupunya. 

Aku beranjak dari duduk, ingin segera pulang, mengorek halaman rumah, mencari Gau.

"Satu saja permintaan kami. Apa Bapak bersedia memindahkan Ayah ke pemakaman?" tanya Neira getir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun