di sela rimba yang redup, berselimut kabut
lirih gemanya menggugah nyanyian dedaunanÂ
rebah dalam kontemplasi
angin menulis syair pada ranting pepohonan tuaÂ
setelah tubuhnya telah lama menjadi indung bagi bumi manusia
yang mereka rubuhkan bukan pohon,
tetapi mimpi-mimpi yang belum kukuh
yang mereka hancurkan bukan pulau
tetapi hati-hati yang buntu,
laut melukis biru yang agung
kedalaman adalah hidup dan kedamaian
menjaga kesunyian dalam harmoni paradoks
pasir dan karang diterjemahkan dalam bahasa yang khusyuk
maka, tunduklah dalam tafsir semestaÂ
sebab setiap helai dedaunan, setiap biji kehidupan
adalah aksara Tuhan dalam bahasa puisi yang tak selesai
Sukabumi, Juli 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI