Mohon tunggu...
Novie Rompis
Novie Rompis Mohon Tunggu... Guru - Mendidik dan mengajar dengan hati

Guru yang peduli pada masa depan murid-nya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Secara Mandiri Menguasai EYD: Peserta Didik Dilatih Dalam Suara, Pilihan, dan Kepemilikan dari Proses Pembelajaran

24 April 2022   23:08 Diperbarui: 25 April 2022   13:45 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Peserta didik adalah pembelajar yang otonom". Artinya, peserta didik dengan kodrat alami yang dimilikinya merupakan pribadi merdeka yang dapat melangsungkan pembelajaran secara mandiri. Ini seharusnya menjadi pegangan setiap pihak yang terlibat dalam proses pendidikan maupun pengajaran. Bahwa setiap pribadi peserta didik dengan keunikannya berhak untuk menentukan apa yang perlu dipelajarinya sendiri dan bagaimana dia mempelajarinya. 

Sekolah sebagai lingkungan belajar peserta didik harus "di-setting" menjadi tempat yang nyaman untuk belajar sekaligus menjadi lingkungan yang mengkondisikan peserta didik berkembang secara positif dalam setiap aspek baik akademik maupun non-akademik, terutama agar peserta didik berkembang dalam hal kepemimpinan.

Guru-guru harus berani mengakui bahwa selama ini kurang memberi ruang bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan pilihan-pilihan yang dapat dibuat sendiri oleh peserta didik. Ada anggapan yang umum berlaku pada para guru yakni peserta didik nihil pengetahuan dan pemahaman, maka guru harus berperan untuk melakukan transfer pengetahuan dan pemahaman. 

Benar bahwa peserta didik perlu dibantu, namun tidak serta-merta guru sepenuhnya memengang kontrol tentang content sekaligus cara belajar peserta didik. Dengan dalil ingin membantu peserta didik, kebanyakan guru justru terjebak pada ativitas mendikte peserta didik. Akibatnya, peserta didik tidak memiliki ruang yang cukup untuk bersuara, menentukan pilihan serta menjadi pemilik atas keputusan-keputusan yang dibuatnya.

Adalah sebuah kemendesakan untuk melakukan cara baru dalam pendampingan belajar peserta didik. Guru harus menyadari betapa pentingnya untuk mengembangkan kepemimpinan peserta didik demi mewujudkan visi pendidikan Indonesia yakni mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 

Bahwa guru perlu mengevaluasi cara pikir lama yang berdampak pada praktik pembelajaran. Untuk mengembangkan kepemimpinan murid, guru harus dapat menciptakan kondisi lingkungan yang dapat mendukung suara, pilihan, maupun kepemilikan murid. 

Demikian pula guru harus secara aktif dan kreatif menyusun program-program kegiatan yang berdampak pada perkembangan kepemimpinan murid serta dapat membantu peserta didik berkembang secara utuh. Program-program tersebut dapat bersifat intrakurikuler, kokurikuler, maupuan ekstrakurikuler.

Pada kesempatan ini saya membagikan sebuah aksi nyata yang sudah dibuat berdasarkan keyakinan bahwa perubahan-perubahan radikal pada cara pandang guru juga praktik pembelajaran yang dilangsungkan oleh guru sangat mendesak untuk dilakukan. 

Aksi nyata itu adalah "menguasai Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan" yang biasa disebut EYD. Keprihatinan terhadap kesulitan-kesulitan peserta didik dalam melakukan literasi dasar menjadi titik awal, alasan, dan sekaligus menjadi latar belakang dari aksi nyata ini.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Gagasan awal yang menjadi pijakan yakni pengetahuan dapat dikembangkan dari aktivitas literasi. Namun, pada kenyataannya, aktivitas literasi (dalam bentuk text atau bacaan) tidak berhasil dipahami bahkan sulit mulai dilakukan oleh peserta didik karena minimnya keterampilan berbahasa. Banyak peserta didik kurang memahami ide-ide inti dari bacaan karena gagal paham artikulasi frase, kalimat, paragraf, bahkan artikel secara utuh. 

Pemahaman-pemahaman yang lebih kompleks dibatasi dengan kemampuan-kemampuan berbahasa yang tidak cukup. Misalnya: penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan tanda baca, dan lain sebagainya. Padahal kecakapan berbahasa adalah modal awal untuk memasuki dunia pengetahuan dan informasi yang tanpa batas.

Alasan itulah yang menggerakkan saya untuk melakukan aksi nyata menguasai EYD di sekolah saya. Mengapa menguasai EYD? Karena dengan menguasai EYD, peserta didik dapat dibantu untuk melakukan kegiatan literasi dari tingkat sederhana sampai tingkat lanjutan. 

Apalagi literasi bukan saja dimengerti secara sederhana melulu yaitu kemampuan membaca. Literasi adalah aktivitas berbicara maupun menulis (membuat produk-produk ide yang dapat dikomunikasikan dengan orang lain) yang membutuhkan kecapakan berbahasa secara baik.

Aksi nyata itu dilakukan dengan adaptasi teknologi dan bersifat ko-kurikuler. Sifatnya ko-kurikuler karena EYD bukan bagian tertentu pada kurikulum yang sementara dijalankan, dan tidak juga dibahas dalam materi tertentu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Proses-nya tidak konvensional tetapi diatur secara "modern" supaya dapat mendukung pengembangan kepemimpinan peserta didik. 

Dengan inisiatifnya sendiri, peserta didik dilatih untuk membangun kesadaran tentang pentingnya program ini sehingga dengan gerakan dari dalam diri, mereka mau memulai proses pembelajaran. Peserta didik melakukan registrasi awal sendiri, kemudian mengikuti pembelajaran secara mandiri. Pembelajaran-pembelajaran dapat mereka lakukan sesuai dengan mood, dan waktu mereka sendiri. 

Ada sesi sinkron yang menjadi kesempatan bagi setiap peserta untuk berbagi pemahaman dan juga untuk berdiskusi tentang kesulitan dan berdiskusi tentang hal-hal yang masih perlu penjelasan tambahan.

Pembelajaran tidak dilakukan melulu di dalam ruang kelas. Pembelajaran dilakukan secara online juga dengan menggunakan Googlemeet. Secara bebas, peserta dapat memilih tempat sendiri untuk melakukan pembelajaran asinkron. 

Untuk melakukan pembelajaran asinkron, peserta disuguhkan dengan video-video terkait content yang akan dipelajari. Platform Google sangat membantu proses itu. Rangkaian pembelajaran disusun teratur pada Googlesite. Peserta didik dapat mengkases kapan saja untuk melanjutkan proses pembelajaran yang secara mandiri mereka pilih.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Aksi nyata ini sangat disukai oleh peserta didik. Mereka dengan antusias datang memberi testimony tentang harapan, temuan, kesulitan, sekaligus hal-hal baru yang dipahami. Peserta didik juga dengan aktif berdiskusi untuk saling menguatkan pemahaman mereka dan juga untuk mencari solusi dari kekurangpahaman mereka tentang materi tertentu. Dan pada intinya program ini berhasil membantu peserta didik untuk mengembangkan kepemimpinan mereka.

Ada perasaan bahagia ketika aksi nyata ini dilangsungkan. Kebahagiaan terbesar karena sebagai seorang guru, saya tidak pernah membayangkan sebelumnya hasil dari program aksi nyata ini akan berdampak serius bagi peserta didik saya. 

Ternyata aksi nyata ini membawa dampak yang langsung bisa dilihat. Dengan memberi ruang belajar secara mandiri, peserta didik dapat mengembangkan pembelajaran mereka sendiri secara maksimal.  Peserta didik menunjukkan rasa "cinta" mereka pada kegiatan yang dipilih dan dilakukan secara sadar oleh mereka.

Pembelajaran yang dapat dipetik dari aksi nyata ini adalah guru perlu meningkatkan kepercayaan pada kemampuan-kemampuan peserta didik. Guru perlu menyadari bahwa bantuan yang diberikan kepada peserta didik jangan sampai justru menjadi pembatas bagi perkembangan peserta didik. Guru dapat mengembangkan scaffolding dalam mendampingi peserta didik belajar. Dari bantuan mayoritas awalnya, dikurangi perlahan-lahan sampai peserta didik menemukan titik otonomisasi-nya untuk melangsungkan pembelajaran sendiri.

Di masa depan, saya akan lebih banyak lagi membuat program-program seperti ini. Jika aksi nyata ini hanya dibatasi pada peserta didik di kelas 7, program-program nanti akan menjangkau peserta didik di kelas 8 dan kelas 9. Memang masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki pada pelaksanaan aksi nyata ini. Kekurangan terbesar ada pada ketertarikan peserta didik untuk mengikuti program ini. 

Dari total 130 peserta didik pada tingkat kelas 7, hanya 42 peserta didik yang mengikuti kegiatan. Memang sejak awal, kegiatan ini tidak bersifat wajib melainkan pilihan sendiri dari peserta didik. 

Oleh karena itu, dari persentase yang ada dapat disimpulkanbahwa program ini sudah memuaskan, meski belum sepenuhnya maksimal. Di masa depan agar lebih banyak peserta didik yang terlibat saya akan melakukan perbaikan pada promosi. Akhirnya, aksi nyata ini bisa menjadi titik awal dari rancangan kegiatan yang dapat berdampak secara berkelanjutan bagi peserta didik di sekolah saya, terutama untuk meningkatkan kepemimpinan mereka dalam proses pembelajaran mereka masing-masing. Aksi Nyata 3.3-Program yang berdampak pada murid-Dampak Berkelanjutan-Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun