Kalau kita tumbuh di lingkungan yang isinya marah-marah, berbicara seenaknya, atau mudah emosi ke keluarga, besar kemungkinan kita akan terbiasa dan menganggap itu hal wajar.Â
Dan kalau kita tidak sadar untuk mengubahnya, pola ini bisa terus diwariskan ke anak-anak kita nanti. Â
Misalnya:Â Â
- Anak yang sering melihat orang tuanya kasar ke anggota keluarga lain bisa tumbuh dengan pola pikir bahwa "tidak apa-apa marah-marah ke keluarga, toh mereka tidak akan pergi." Â
- Mereka mungkin juga akan lebih sabar ke teman atau orang asing, tapi kasar ke saudara atau orang tua mereka sendiri. Â
- Bahkan lebih buruknya lagi, bisa jadi mereka juga akan memperlakukan pasangan atau anak-anak mereka kelak dengan cara yang sama. Â
Tanpa kita sadari, siklus ini bisa terus berulang dan menular dari satu generasi ke generasi berikutnya.Â
3. Bisa Menimbulkan Rasa Bersalah dan Penyesalan di Kemudian Hari
Bayangkan kalau suatu hari orang tua kita sudah tidak ada, dan kita baru sadar selama ini kita sering kasar ke mereka.Â
Atau mungkin saudara kita akhirnya menjauh karena tidak tahan dengan sikap kita. Â
Sering sekali, penyesalan baru datang setelah semuanya terlambat. Kita baru sadar betapa berharganya seseorang setelah dia pergi, dan sayangnya, tidak semua hal bisa diperbaiki.Â
- Pernah dengar orang yang menyesal karena dulu suka membentak orang tuanya, tapi sekarang tidak punya kesempatan untuk minta maaf?Â
- Atau ada saudara yang akhirnya memilih menjaga jarak karena lelah diperlakukan dengan buruk? Â
Kalau sudah sampai di titik ini, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menyesali semuanya. Dan penyesalan itu bisa jadi beban mental yang sulit untuk hilang. Â
Jadi, kebiasaan ini bukan hanya membuat hubungan keluarga jadi tidak sehat, tapi juga bisa berpengaruh ke masa depan kita sendiri
Kalau terus dibiarkan, bukan hanya hubungan yang rusak, tapi juga ada kemungkinan kita akan menyesal di kemudian hari.Â
Jangan sampai kita kehilangan orang yang kita sayang hanya karena tidak bisa mengontrol emosi di rumah.