Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator Madrasah Tsanawiyah

Operator Madrasah : - Operator data EMIS/GTK (Education Management Information System) - Operator E-RKAM BOS Kemenag - Operator Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus - Teknisi ANBK dari Tahun 2017 s.d sekarang (dulu masih UNBK namanya) Mencoba untuk menuangkan keresahannya melalui artikel di Kompasiana, tapi lebih banyak tema yang diluar dari konteks pekerjaan. More info: asharinoer9@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Double Standard: Kenapa Ada Orang yang Kasar ke Keluarga tapi Lembut ke Orang Lain?

10 April 2025   16:26 Diperbarui: 10 April 2025   16:26 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita tumbuh di lingkungan yang isinya marah-marah, berbicara seenaknya, atau mudah emosi ke keluarga, besar kemungkinan kita akan terbiasa dan menganggap itu hal wajar. 

Dan kalau kita tidak sadar untuk mengubahnya, pola ini bisa terus diwariskan ke anak-anak kita nanti.  

Misalnya:  

  • Anak yang sering melihat orang tuanya kasar ke anggota keluarga lain bisa tumbuh dengan pola pikir bahwa "tidak apa-apa marah-marah ke keluarga, toh mereka tidak akan pergi."  
  • Mereka mungkin juga akan lebih sabar ke teman atau orang asing, tapi kasar ke saudara atau orang tua mereka sendiri.  
  • Bahkan lebih buruknya lagi, bisa jadi mereka juga akan memperlakukan pasangan atau anak-anak mereka kelak dengan cara yang sama.  

Tanpa kita sadari, siklus ini bisa terus berulang dan menular dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

3. Bisa Menimbulkan Rasa Bersalah dan Penyesalan di Kemudian Hari

Bayangkan kalau suatu hari orang tua kita sudah tidak ada, dan kita baru sadar selama ini kita sering kasar ke mereka. 

Atau mungkin saudara kita akhirnya menjauh karena tidak tahan dengan sikap kita.  

Sering sekali, penyesalan baru datang setelah semuanya terlambat. Kita baru sadar betapa berharganya seseorang setelah dia pergi, dan sayangnya, tidak semua hal bisa diperbaiki. 

  • Pernah dengar orang yang menyesal karena dulu suka membentak orang tuanya, tapi sekarang tidak punya kesempatan untuk minta maaf? 
  • Atau ada saudara yang akhirnya memilih menjaga jarak karena lelah diperlakukan dengan buruk?  

Kalau sudah sampai di titik ini, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menyesali semuanya. Dan penyesalan itu bisa jadi beban mental yang sulit untuk hilang.  

Jadi, kebiasaan ini bukan hanya membuat hubungan keluarga jadi tidak sehat, tapi juga bisa berpengaruh ke masa depan kita sendiri

Kalau terus dibiarkan, bukan hanya hubungan yang rusak, tapi juga ada kemungkinan kita akan menyesal di kemudian hari. 

Jangan sampai kita kehilangan orang yang kita sayang hanya karena tidak bisa mengontrol emosi di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun