Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pena

26 Maret 2018   14:35 Diperbarui: 27 Maret 2018   19:02 1883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @kulturtava

Dalam novel 'Hitam' karya Eiri Kamil, diceritakan seorang penjelajah waktu bernama Jayana telah melintasi seluruh jagad hingga akhir dunia. Sang tokoh utama mendapat kemampuannya itu melalui percobaan sederhana yang ia praktekkan setelah ia mendengar suara dari langit. Jayana mengukir sebuah lingkaran yang mengelilinginya di tanah dengan beberapa goresan menyilang diantara kedua sudut lingkaran, lalu ia rapalkan ucapan mantra dari langit sembari membayangkan tahun berapa ia akan pindah. Ketika berhasil melintasi waktu, dirinya menemukan sebuah cara dari masa depan untuk mencegah terjadinya kematian dan tragedi, serta mengubah dunia penuh dengan kegembiraan dan kedamaian.

Seluruh rasa sakit, ia hilangkan. Semua yang terluka langsung sembuh seketika. Tak ada lagi bencana, tak ada lagi pekik nestapa, yang ada hanyalah dunia damai tanpa kematian yang menyedihkan.

Cerita itu menginspirasi setiap orang saat ini untuk melakukan hal yang sama dengan sang tokoh utama. Apakah yang terjadi? Para ilmuan, filusuf, agamawan, tak henti-hentinya mengucap 'luar biasa!' dalam bahasanya masing-masing, karena seluruh teori novel 'Hitam' dapat dibuktikan!

Sayangnya dalam novel yang tebalnya enam ratus lembar itu, akhir ceritanya seperti terpotong begitu saja.

H-1000 Tahun Lalu

Langit kelabu selimuti Kerajaan Aca. Glegar petir menyambar ganas diantara menara-menara pencakar langit. Seorang lelaki berlari kencang menembus guyuran hujan, sembari sesekali menengok ke belakang, memastikan para prajurit kerajaan tak dapat menemukannya diantara tiang-tiang menara. Tangannya mencengkram kuat sebuah kotak yang diselamatkannya dari kelaliman penguasa Aca. Setelah dirasa posisinya cukup tersembunyi, ia membuka penutup kotak itu dengan hati-hati.

Peluh dingin menetes dari tengkuknya, terkesiap ketika suara langkah-langkah kaki menuju ke arahnya. Ujung-ujung tombak para prajurit berkilau diterpa kilat, seakan haus akan darah. Mengetahui dirinya terancam, sang lelaki kembali berlari.

"Hoi! Jangan lari kau!" seru para prajurit. Kejar mengejar kembali terjadi. Sang lelaki berlari memasuki gang-gang sempit diantara menara. Sialnya ia menemui jalan buntu.

"Apa salahku sehingga kalian ingin membunuhku? Bukankah wajar bila aku hanya menyelamatkan satu saja dari warisan keluargaku?" seru sang lelaki. Para prajurit telah mengepungnya sekarang, tak ada jalan keluar lagi.

Seorang prajurit angkat bicara. "Engkau telah mengambil sebagian dari harta kerajaan dan menyulut api pemberontakan yang membahayakan kerajaan. Tindakanmu tak pantas untuk diampuni! Serahkan harta itu, dan kami akan menghabisimu secepat mungkin!"

"Tidak akan! Hingga titik darah penghabisan, akan kupertahankan harta ini demi keadilan! Kalian sudah banyak membunuh orang-orang yang kusayangi, kalianlah yang pantas mati!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun