Kudengarkan syair lagu yang lamat-lamat kudengar dari kamar Ibu Sasanti setelah memberikan pelukan hangatnya. My Heavenly Father Watches Over Me, sangat menenangkan.
Bandara Adi Sucipto, pukul 07.00
Kemeja flanel kotak-kotak berwarna maroon yang dikenakannya menjadi daya tarik tersendiri. Kulihat punggungnya pagi itu. Aku datang, Anka.
Aku setengah berlari menghampiri keberadaannya, orang yang kepadanya aku percaya.
Kuserahkan segera kertas conqueror berwarna hijau pupus yang bertuliskan "J'fais" untuk Fritzgerald Anka Adrian.
Genggaman tangan itu tidak lagi akan aku lepaskan. Genggaman itu menyembuhkan.
Tak seorang pun bisa bebas dari luka. Yang perlu dimaknai, luka harus dikelola sehingga luka itu bukan menjadi penghambat, tetapi sebaliknya, luka menjadi sebuah energi untuk merdeka.Â
Niscaya hidup tanpa luka dalam dunia yang penuh dengan warna-warni dan segala pesonanya.
Terima kasih telah menyumbangkan kebahagiaan dan menemani hadapi luka-lukaku hingga kukatakan, selesai...
Tetelestai